Pada tahun 2009 saat aku pulang dari Saudi Arabia untuk cuti selama 6 bulan, aku mendengar kabar kalau adikku yang perempuan akan menikah untuk yang ke-3 kalinya. Mendengar kabar tersebut aku ikut merasakan bahagia, walau aku sendiri belum memikirkan untuk menikah lagi. Aku jalani hidupku yang berstatus janda dengan bekerja diperantauan sebagai TKW. Singkat cerita adikku dilamar dan menikah dengan pria yang berasal dari Cirebon. Seperti biasa, orang yang menikah ada acara ritual seperti sesajen sebagai syarat. Ibuku mulai sibuk menata sesajen di ruangan yang biasa digunakan untuk menyimpan padi. Dengan acara akad nikah yang sederhana dan hidangan yang ala kadarnya.
Tamu-tamu berdatangan mengucapkan selamat kepada mempelai. Setelah selesai acara dan tamu nggak ada yang datang lagi, aku melangkah masuk dan membuka pintu gudang untuk menaruh beras hasil orang yang datang ke undangan. Saat aku meletakan beras, betapa terkejutnya, aku melihat ada seekor ular kecil yang duduk melingkar di depan sesajen dan pedupan. Sekujur tubuhku melemas, aku berusaha memanggil ibuku, “Maa…. Maa…. ke sini sebentar, ada ular di gudang.”
Seketika itu juga ibuku datang dan menyuruh aku pergi. “Awas… kamu. Kamu keluar dulu.” Ibuku sambil membawa pengki dan sapu mengangkat ular itu dan membuang dipekarangan sambil berkata dengan ular itu, “Kamu bukan di sini tempatnya, kembalilah ke asalmu yang menyuruh kamu.” Seketika itu juga ular itu menghilang entah kemana. Sore itu juga adikku dan suaminya yang baru menikah memutuskan kembali ke Jakarta bersama rombongan dari sepupu suaminya yang menghadiri acara nikahan.
Walau sudah dilarang sama ibu, tapi tetap memaksa, akhirnya dilepaskanlah adikku untuk kembali ke Jakarta. Hujan gerimis turun mengiringi keberangkatan adikku ke Jakarta. Baru masuk gerbang tol Cikampek, tiba-tiba adikku menelpon ibuku, “Ma… pundakku terasa berat seperti ada orang yang menyandar dan melihat depan kaca mobil melintas bayangan perempuan berambut panjang.” Belum tuntas bicara di HP, adikku pingsan di jalan tol, hanya terdengar suara dari HP orang sekeliling yang ada di lokasi. Saat itu juga ibu panik dan nyuruh aku menjaga rumah. Ibu pergi ke orang pintar yang sudah biasa menangani makhluk gaib. Selama 6 jam adikku pingsan di jalan tol, sedangkan ibu dan orang pintar itu berusaha sekuat tenaga dari jarak jauh agar Sukma adikku kembali ke tubuhnya. Setelah adikku sadar… dan dari kejadian itu, setiap malam menjelang tidur adikku selalu didatangi ular. Lalu dia menelpon ibu lagi, “Ma, setiap aku mau tidur selalu ada ular yang datang.” Ibuku bilang taburi garam disekitar ruangan itu. Tapi aneh, ular itu jatuh dari atas. Ibuku nyuruh untuk tangkap dan masukan ke dalam botol, tunggu 1 mingguan, lihat apa masih hidup atau sudah mati.
Setelah masa cutiku habis aku kembali ke Saudi. Tapi komunikasiku lancar dengan ibu yang menanyakan kabar adikku. Setelah 2 tahun di Arab Saudi, adikku cerai dengan suaminya. Itulah kabar yang ku trima dari ibuku. Selidik punya selidik, ternyata adikku akan dijadikan tumbal pesugihan dari sepupu suaminya, yaitu pesugihan dari ratu pantai selatan. Ternyata, bukan hanya cerita film-film di TV, kalau tumbal pesugihan ratu pantai selatan itu benar-benar ada di dunia nyata.
Bersyukurlah adikku masih bisa diselamatkan sampai sekarang. Dan adikku sudah menikah lagi untuk yang ke-4 kalinya. Semoga saja pernikahannya langgeng dan awet. Setelah dari Arab Saudi aku memutuskan untuk tidak kembali ke sana. Aku memutuskan untuk ke Taiwan karena banyak yang bilang kerja di Taiwan gajinya besar, jam kerjanya juga jelas. Aku berangkat mencoba keberuntungan di Taiwan. Alhamdulillah nasib baik berpihak padaku dengan majikan yang baik, meskipun tidak ada hari libur dan tidak bebas keluar kemana-mana. Tanpa aku sadari, sekarang sudah jalan 1 tahun 4 bulan bekerja di sini.
Foto ilustrasi diambil dari pesugihantanpatumbal.