Foto ilustrasi diambil dari marketplace.secondlife
Penat, lelah, letih yang kurasakan pada tubuh ini, karena hari-hari hanya sibuk dengan komputer, telefon, buku, bolpoin dan banyak pelanggan yang kuhadapi sehingga sudah saatnya kuputuskan untuk mengambil cuti kerja sejenak.
Begitupun dengan hari-hari yang terus berganti. Hari yang seharusnya aku bisa melepaskan penatku, sayang tak biasa ku lakukan karena perihal yang sangat sepele yaitu lantai yang kotor dan belum di bersihkan. (huh… menyebalkan)
****
Kumulai dari membersihkan atap plafon dari sarang laba-laba yang entah berapa bulan sudah tidak aku bersihkan, karena sibuk dengan kerjaan, jadinya hanya kusapu saja, yang penting kelihatan lebih bersih dari sebelum dibersihkan.
Lalu, kulanjutkan dengan mengelap satu-persatu perabotan rumah. Rasa lelah dengan sekejap hilang dan terlupakan….. Semangatku muncul kembali dengan tubuh mungil nan gesit, ku sapu setiap sudut ruangan hingga debu-debu lembut tak lagi tersisa.
Ku berlari ke kamar mandi untuk mengambil dan mengisi timba dengan air dan kutuang sedikit pewangi lantai, agar lebih bersih dan lebih wangi. Dan ketika ku ambil alat pel/mop dengan tiba-tiba patah…. Hemzzzz hari yang sial. (bisa-bisa tertunda pula pekerjannku ini… jangan sampai deh).
Ku cari cara lain & ku putar otakku bagai roda….. ku ingat sepertinya kemarin aku melihat alat pel di rumah mewah tepat depan rumahku…. Sayangnya waktu itu mau minta izin pinjam, tapi nyatanya tidak ada orang. “Ya iyalah.. yang punya rumah saja belum tentu dua tahun sekali datang. Aku juga tak begitu kenal mungkin saking jarangnya mereka pulang ke rumah itu berkunjung.”
Ku bawa saja alat pel tersebut, dan kulanjutkan pekerjaanku yang tertunda itu, yaitu mengepel lantai. Karena sudah sangat kesiangan dan capek juga, aku putuskan untuk istirahat sejenak (walau tersisa kamarku sendiri yang belum dipel). Alat pel ku taruh di kamarku tepat di samping ranjang tidur.
Dan… karena hari sudah siang, sudah waktunya ku siapan makan siang dan kami sekeluarga makan bersama menyantap makanan, terasa nikmat dengan kebersamaan ini walaupun hanya dengan menu sederhana.
Matahari telah pulang redup dan malam kembali datang. Ku pandang setitik tetes hujan, membawa kesejukan malam dalam gelap. Terlihat terang cahaya bulan bintang merindu menjelma menjadi sebuah angan menjadi bukti luka yang telah hilang terbawa dan tersembunyi bersama sang bayu.
Malam itu ayahku harus bertugas jaga di balai desa, karena di desaku setiap kepala keluarga wajib untuk jaga malan, satu bulan sekali. Peraturan ya tetap saja peraturan dan harus dipatuhi semua demi kebaikan dan keamanan warga setempat.
Pada malam yang sama, karena bosan kunyalakan tv sebagai penghalang kejenuhan dengan suara lirih karena adikku sudah tidur dan mama menemaninya tidurnya. Tak lupa kututup dan ku kunci pintu begitu pula gorden jendela. Jam dinding sudah menunjukan pukul 22.00 tak lama terlihat sosok berjalan kesana-kemari diteras depan yang terlihat dari balik jendela dan gorden. Tak lama kemudian di samping rumah tepat dimana aku menonton tv juga ada jendela. Yang anehnya jarak jendela dengan tanah cukup tinggi tak mungkin juga kalau manusia mengambang. Ku coba membuang jauh-jauh pikiran itu. Dan semakin malam semakin jelas pula bayangan hitam itu bak mengelilingi rumahku seperti mengamatiku.
Tak lama kemudian adik perempuanku saat itu masih usia 5 bulan menjerit, menangis terhisak-isak dan yang mengejutkan tanpa air mata…. Barulah aku bercerita ke mama kalau aku melihat bayangan hitam mengelilingi rumah dan seperti mau masuk tapi tak ada jalan.
Lantas kami membaca surat al’fatihah dan sholawat, dan Viera, setelah itu keadaan menjadi sedikit tenang. Oh ya… Nama adik perempuanku Viera. Karena sudah malam dan esok pagi aku harus kerja. Segera aku membuang jauh-jauh bayangan tadi dari dalam pikiranku. Segera kumatikan tv, saat mama mengambil mainan adikku yang tertinggal di kamarku…. Melihat alat pel tadi dan menanyakan milik siapa?
Kuceritakan kronologinya, mama langsung marah dan menyuruhku mengembalikan alat pel tersebut dan saat itu juga kubuang rasa takut hingga tak tersisa,,,, hingga ku tersadar bahwa aku telah masuk rumah yang konon katanya angker tersebut. Aku tahu bayangan hitam tadi tak bisa masuk karena ada “ayat kursi” tepat di atas pintu masuk rumah alhamdulillah. Dan Viera tidur nyenyak tak gelisah lagi. Kami pun tidur.
***
Tak ada kejadian aneh sampai 7 bulan lamanya berlalu. Sampai akhirnya terjadi kejadian mengejutkan pada tetangga rumah sebelah.
Bayi laki-laki yang baru dilahirkannya menangis tak henti-henti. Sudah diperiksakan ke dokter tetap sama, hingga dipanggilnya orang yang mengerti hal gaib. Dari orang pintar itu kudengar ada bayangan hitam yang selalu mengintip tepat di jendela kamar rumah tetanggaku. Bahkan orang pintar itu tak dapat mengusirnya. Hingga ku samperin untuk menanyakan apa mengambil sesuatu di rumah mewah itu?….!!!!!!!!!!!
Memang benar ia mengambil potongan keramik dekat alat pel yang ku pinjam sebelumnya untuk mengganjal lemari pakaian bayinya tersebut. Segera kusuruh kembalikan dan semuanya kembali baik.
***
Dari sinilah aku mengerti bahwa rumah semewah, sebesar apapun itu jikalau tak berpenghuni dan tidak digunakan untuk ibadah ibarat kata, bagai bangunan tanpa tiang, bagaikan tumbuhan tak berakar.
Dan selalu berhati-hati dalam mengambil sesuatu, harus tahu tempat dan saling menghargai, untuk tidak sembarangan dalam bertindak.
The End