Foto ilustrasi diambil dari Idiva.
Waktu itu aku masih duduk di bangku SMP. Masa – masa puber bagi anak seusiaku, mudah bergaul dengan lingkungan sekolah. Jadi, wajar saja aku punya banyak teman. Dari kelas 1 sampai kakak-kakak kelas 3, banyak yang akrab denganku. Dan pada saat itu, aku juga sudah terkena virus yang namanya, ”Cinta Monyet”.
Tak kusangka di usiaku yang masih bau kencur itu, aku merasakan hal yang lain dalam hatiku. Waktu itu aku tidak tahu apakah itu cinta monyet ataukah cinta beneran. Memang sudah banyak yang mengatakan suka padaku, tapi aku tidak pernah menggubrisnya. Tapi aneh… Pagi itu seorang kakak kelasku berjalan di depan ruang kelasku, kebetulan aku sedang berdiri di depan pintu bersama teman-temanku lalu Yeni, salah satu temanku, bilang, ”Put, coba lihat itu!” Saat ku melihat ke arah yang Yeni maksud, aku sangat terkejut! Anto, kakak kelasku sedang mengisyaratkan cinta padaku dengan membentuk kedua tangannya menjadi sebuah hati. Wah… Berdebar cepat jantungku saat itu. Aku tidak mengira kakak kelasku, Anto, menaruh hati padaku.
Singkat cerita, kita akhirnya jadian (red.pacaran). tapi sungguh aku tidak berani menatap wajahnya. Hanya getaran-getaran itu begitu kencang di hati dan jantungku. Kebetulan rumahnya tidak begitu jauh dari rumahku, jadi setiap pagi aku selalu berangkat sekolah bersamanya. Di perempatan jalan dia selalu menungguku dan sepulang sekolah di perempatan jalan itu pula dia mengantarku. Karena aku tahu ayahku tidak menyukai aku dekat dengan laki-laki. Dan orang tuaku juga tak pernah tahu aku dekat dengan Mas Anto. Hari-hari terasa damai bersamanya. Cinta pertama itu… Oh… tidak dapat ku ungkapkan dengan kata-kata.
Kurasa, waktu begitu cepat berlalu. Hingga kenaikan kelaspun tiba. Aku bangga mendapat piagam penghargaan peringkat 1 di kelasku. Tapi aku juga sedih, karena orang yang kusayang harus meninggalkan sekolahku. Karena saat itu adalah kelulusan mas Anto dai sekolah. Walau jadi jarang bersama, tapi aku tetap menjaga cinta ini. Dan sekian lama sudah aku pacaran dengannya, jarang sekali mas Anto bicara macam-macam padaku. Tapi aku yakin, mas Anto juga punya perasaan yang sama denganku.
Namun, tepat bulan Agustus saat itu adalah hari yang sangat bersejarah bagiku, dan tak dapat kulupakan dalam hidupku. Pagi hari ini saat aku mengikuti latiha voli di sekolahku, aku mendengar seseorang memanggilku. ”Hai, kemarilah sebentar.” Tak asing lagi suara itu bagiku, mas Antolah yang memanggilku. Cepat-cepat aku manghampirinya di lapangan bola depan sekolahku, tepat di bawah pohon waru. Bau alkohol sangat menyengat di hidungku. ”Ada apa, tak biasanya jam-jam sekolah mencariku?” tanyaku penasaran. Tanpa basa-basi mas Anto langsung bilang ”aku minta maaf, aku tak bisa lama-lama bersamamu. Hubungan kita cukup sampai di sini saja, sekarang kita berteman saja.” tak sepatah katapun dapat keluar dari mulutku, lidahku terasa kelu, dan air mataku jatuh tak tertahankan. Setelah itu mas Anto berlalu meninggakanku. Sakit sekali hati ini rasanya. Sampai-sampai tiga hari aku tidak masuk sekolah karena sakit. Ya, gara-gara putus cinta itu. Sungguh tak percaya rasanya.
Setelah kejadian itu, aku benci banget sama laki-laki. Sampai-sampai aku bersumpah dalam hatiku. Aku akan membuat sakit hati pada setiap laki-laki yang menyayangiku. Biar mereka juga merasakan betapa sakitnya hati wanita apabila dibuat seperti itu. Setelah aku putus dengan mas Anto, banyak sekali cowok yang menyatakan suka padaku. Tanpa pikir panjang aku langsung menerimanya. Namun tak ada yg pernah bertahan lama. Hampir tiga sampai lima bulan aku gonta-ganti pacar. Tak cukup itu, sekali pacaran aku bisa dengan dua, tiga cowok sekaligus, karena sewaktu mereka benar-benar jatuh cinta padaku, berjuta alasan kuucapkan untuk memutus mereka, begitu seterusnya. Ada rasa puas setelah memutus mereka. Aku tahu aku salah dan sangat keterlaluan. Tapi aku malah bangga dengan kesalahanku itu.
Kembali pada mantanku mas Anto, ternyata dia memutusku karena dia telah berpacaran dengan Listya. Tak lain adalah tetanggaku sendiri. Rumahnya hanya berjarak beberapa meter dari rumahku. Tiap hari kulihat mereka berboncengan lewat depan rumahku. Sebenarnya sakit sekali hati ini bila melihatnya. Namun aku tak kuasa, karena aku begitu mencintai mas Anto. Tiap dengar suara sepedanya, buru-buru aku mengintip dari dalam rumah. Walau itu semakin membuat hatiku sakit, tapi selalu saja kulakukan. Cinta itu menyiksaku…
Waktu terus berlalu, dan entah sudah berapa banyak laki-laki yang kusakiti. Dan yang kutahu saat aku menginjak SMA, Listya pergi kerja ke Hong Kong. Dan aku merasa mas Anto ada cari perhatian lagi padaku. Tapi malah aku sering jalan sama pacar-pacarku kuperlihatkan padanya. Maksudku balas dendam karena sakit hatiku pada mas Anto. Namun aku juga tak bisa membohongi hatiku bahwa sebenarnya dari dulu dan sampai kapanpun aku tetap mencintainya.
Akhirnya kuterima cinta mas Anto kembali. Namun tetap seperti dulu, hubunganku tersembunyi dari orang tuaku. Sebenarnya banyak orang tahu aku pacaran dengan mas Anto, malahan teman-teman mas Anto banyak yang meledek, mereka bilang ”tiklek kejegur kalen, timbang golek angur balen.”
Dan minat bersekolah mas Anto sangatlah kurang, mas Anto memilih tekun bekerja. Tapi tiap sore selalu dia sempatkan ke rumah Pakdeku sekedar untuk menemui aku. Walaupun aku dan mas Anto sudah balikan lagi, namun aku tetap tak berani terang-terangan pada orang tuaku. Kebetulan Agung, keponakanku adalah teman baik mas Anto, jadi Agunglah yang selalu menjadi perantara kelancaran hubunganku dengan mas Anto. Saat aku dan mas Anto mau keluar, Agunglah yang selalu menjemputku. Dan bilang sama orang tuaku mau main ke rumah teman. Dan pasti dibolehin. Karna orang tuaku juga sangat menyayangi Agung keponakanku itu.
Pakde dan Budheku juga sangat mengerti tentang anak muda. Jadi di rumah Pakdelah aku sering bertemu mas Anto. Kadang Pakde yang datang ke rumahku untuk memberitahuku ”Nduk, cepet ke rumah Pakde, Anto sudah nunggu kamu daritadi.” tanpa sepengetahuan orang tuaku tentunya. Orang tuaku hanya tahu aku ke rumah Pakde hanya sekedar main-main. Bahagia sekali rasanya cinta pertamaku dapat kembali lagi. Banyak sekali kisah yang mas Anto ceritakan padaku. Kejujuran begitu terpancar jelas dari tatapan matanya. Saat-saat bersama Listya juga diceritakannya padaku. Tak kusangka Listyalah yang mendesak mas Anto untuk memutuskanku. Dan entah setan apa yang ada dalam pikiran mas Anto waktu itu.
Saat kutanya kenapa keadaan mabuk waktu memutuskanku, mas Anto bilang karena kalau dalam keadaan sadar tak mungkin tega memutusku, karena pada waktu itu dan sampai kapanpun mas Anto tetap menyayangiku. Karena hasutan dan bujuk rayu Listyalah mas Anto berbuat seperti itu padaku. Mas Anto betul-betul minta maaf padaku.
Mas Anto juga cerita padaku, sekian lama berhubungan dengan Listya, ternyata keluarga Listya tidak menyukainya. Selalu menghardik mas Anto untuk meninggalkan Listya. Keluarga Listya bilang mas Anto tak mungkin sanggup untuk menghidupi Listya. Karena mas Anto berasal dari keluarga sederhana, sedangkan keluarga Listya termasuk keluarga berderajat. Kedua kakak laki-laki Listya adalah jebolan Korea, kakak perempuannya bersuamikan lurah, bapaknya guru. Dan mas Anto tak kuat dengan segala hinaan yang dikeluarkan untuk mencercanya. Dan akhirnya mas Antopun melepaskan Listya. Setelah itu mas Anto memilih kembali padaku. Yang membuat aku bahagia lagi saat mas Anto bilang bahwa akulah cinta pertamanya. Pertama kali mengenal cewek ya akulah orangnya. Begitu juga denganku, mas Antolah cinta pertamaku. Darinya aku mengenal cinta, darinya aku mengerti cinta, darinya aku bahagia, darinya aku kecewa, sekarang darinya pula aku merasakan ketulusan cinta yang sesungguhnya. Setelah 4 tahun kita berpisah, ternyata Tuhan masih menyatukan kami kembali.
Saat aku menginjak kelas 2 SMA, saat itulah aku disudutkan oleh masalah yang membuatku mengambil keputusan. Ayahku bersikeras menjodohkan aku dengan seseorang yang sudah mapan. Ganteng memang, tapi umurnya separo lebih di atasku. Dan sedikitpun aku tak tertarik dengan lelaki pilihan ayah itu. Kutolak keinginan ayahku. Ayahku jadi naik darah dan marah besar kepadaku. Namun apapun yang terjadi, aku tetap tak mau dijodohkan dan aku tetap dalam pendirianku. Aku tahu maksud ayahku baik, tapi pernikahan adalah untuk seumur hidup. Jadi, daripada aku menikah dengan terpaksa, lebih baik kutolak keinginan ayahku.
Hari, minggu, bulan telah berlalu, tapi ayahku tetap mendesakku agar menerima lamaran orang itu. Bingung sekali pikiranku. Saat itulah, kuceritakan semua masalahku pada mas Anto. Tanpa pikir panjang mas Anto bilang padaku, ”kalau kamu sungguh-sungguh mencintaiku, ayahku akan datang ke rumahmu untuk melamarmu, aku beri kamu waktu satu minggu. Bilang pada orang tuamu ayahku akan datang ke rumahmu.” aku terdiam. Bahagia sekali hatiku mendengar kata-kata itu keluar dari mulut mas Anto.
Keesokan harinya aku mencoba bicara pada ibuku. Kalau ayah benar-benar menyuruhku menikah aku ada pilihan sendiri. Aku juga bilang sama ibu kalau ayahnya mas Anto akan datang ke rumah untuk melamarku. Dan ibuku bilang sama ayah tentang semuanya itu, karena sesungguhnya ibuku sangat mengerti aku. Hanya saja ibuku orangnya pendiam, tak banyak bicara. Beberapa hari kemudian kukabarkan semuanya pada mas Anto, bahwa orang tuaku mengizinkan ayahnya mas Anto datang ke rumahku. Mas Anto bahagia sekali mendengar keseriusanku.
Malam itu… ayahnya mas Anto betul-betul datang ke rumahku, bilang pada ayahku kedatangannya adalah untuk melamarku untuk putranya. Ayahku malah marah-marah, kata-kata kasar dikeluarkan kepada ayahnya mas Anto. Tapi demi putranya, ayah mas Anto masih tetap sabar. Aku dan ibu cuma bisa menangis mendengar pembicaraan ayahku. Aku terus berharap ayah mau menerima lamaran itu. Akhirnya dengan berat hati ayahku mengiyakan lamaran itu. Bahagia sekali rasanya.
Setelah itu, menjadi rutinitas mas Anto datang ke rumahku. Walaupun sudah dilamar, aku tetap menjalankan sekolahku. Aku ingin menyelesaikan pendidikanku, tapi ayahku mempunyai keinginan lain, ayahku ingin aku putus sekolah dan segera menikah. Ayah tak ingin mendengar omongan-omongan aneh dari tetangga. Ya sudah, setelah pulang PSG aku terus tidak melanjutkan sekolah. Sebenarnya sangat disayangkan karena tinggal setahun lagi lulus, tapi apa boleh buat, ayahku orangnya sangat keras. Daripada aku dijodohkan dengan orang yang aku tak suka, lebih baik aku menjalani pernikahan dini dengan man Anto.
Pagi itu, tepat tanggal 8 Februari 2004 aku melangsungkan akad nikah dengan mas Anto di rumahku. Aku sudah syah menjadi istrinya mas Anto, cinta pertamaku dan aku juga cinta pertamanya. Bahagia sekali rasanya. Setahun kemudian kami dikaruniai seorang putri. Itulah buah cinta kami. Semangat sekali kujalani hidup dengan keluarga kecilku. Ketika putri kami berumur 1 tahun, mas Anto bilang mau kerja ke luar negeri. Tapi aku melarangnya, karena bagi laki-laki kerja di luar negeri sangatlah mahal biayanya. Dan kami tak punya dana sebanyak itu. Jadi aku mengusulkan agar aku saja yang bekerja ke luar negeri. Setelah berpikir panjang, akhirnya mas Anto mengizinkan aku bekerja di negeri Formosa ini. Dan syukur alhamdulilah, walaupun sekian lama aku jauh dengan mas Anto, hubungan kami tetap baik-baik saja. Hanya kepercayaan yang kami tanamkan dalam hati.
Saat ini 6 tahun sudah aku membina rumah tangga dengan mas Anto. Namun sekian lama ini pula aku tak bisa menghapus kebencianku pada Listya. Walau sekarang Listya telah menikah dan menetap di rumah orang tuanya yang tidak jauh dari rumahku. Namun kebencian ini telah menyatu dalam hidupku. Tapi mas Anto bisa mengerti dan memaklumiku. Dan mas Anto berjanji tidak akan membuatku terluka untuk kedua kalinya. Inginnya sich…tak mau lagi aku bertemu Listya. Tapi apa daya, rumahnya begitu dekat dengan rumahku. Saat bertemu Listya memang aku biasa-biasa saja, tapi hati ini tetap terasa sakit.
Aku sadar memang tidak baik menyimpan dendam, tapi jujur aku tak bisa, sampai kapanpun aku tetap benci pada Listya. Karena luka di hatiku 10 tahun yang lalu sangatlah dalam. Tak mudah aku menghapus luka itu. Walaupun mas Anto telah menjadi milikku seutuhnya, aku tetap inget kejadian masa silam yang sangat menyakitkan. Biarlah Tuhan yang menjadi saksi atas semua ini.
Setelah aku dan mas Anto mengalami semua ini, aku percaya bahwa cinta sejati tak akan pernah mati, cinta pertama kan tetap abadi.
Aku hidup bahagia dengan keluarga kecilku.
Cinta pertamaku telah kembali padaku.
Terimakasih Tuhan, Engkau telah menyatukan cinta kami kembali setelah terpisah beberapa tahun silam…..