Bisnis kuliner, memang tak pernah sepi peminat. Bahkan dari hari ke hari, semakin bermunculan jenis-jenis jajanan baru ( makanan kecil;red) yang disukai konsumen. Bentuknya yang mungil, praktis, dan murah tersebut membuat pembeli tak merasa bosan untuk mengkonsumsinya sesering mungkin.
Jenis usaha ini, memang tak memerlukan pengaturan keuangan yang rumit. Asalkan kita tertib dan rapi dalam mengatur arus keluar masuk uang, maka usaha ini akan terus berkembang bahkan tidak menutup kemungkinan akan berubah menjadi toko aneka makanan. Bagi pemula yang memiliki modal kecil, pengetahuan yang terbatas, dan sumber daya manusia yang sedikit, bisnis bisa dimulai dengan yang sederhana.
Pada saat-saat tertentu, misalnya pada bulan Ramadhan, masyarakat cenderung memilih membeli makanan daripada memasaknya sendiri. Maka klop sudah dengan bertebarannya usaha-usaha dadakan yang berjejer disepanjang jalan dengan minat masyarakat. Aneka makanan pun digelar. Dari makanan ringan, lauk pauk, berbagai minuman dan sebagainya. Harga yang ditawarkan pun sangat ramah di kantong.
Diantara deretan pedagang makanan di sepanjang jalan Kampung Jogokaryan, Yogyakarta, adalah Ibu Dian yang menjadi pengusaha dadakan aneka makanan. Sebelumnya ( tepatnya kalau pagi sampai siang hari ) Ibu yang memiliki 3 anak tersebut berprofesi sebagai pedagang kelontong di pasar. Dan sore harinya berdagang aneka makanan. Sudah menjadi kebiasaan beberapa tahun lalu, salah satu masjid didekat tempat tinggalnya menggelar pasar ramadhan selama 30 hari, maka Ibu Dian tak ketinggalan untuk ikut memanfaatkan kesempatan mereguk rupiah dengan berjualan.
Beraneka jajanan digelar. Mulai dari risoles, donat, tahu bakso, tahu isi, martabak mini, lumpia, puding, nogosari, klepon, ketan hitam, pepes teri, pepes udang, pepes ikan, pepes jamur, dan masih banyak lagi. Ada pula aneka minuman; kolak, es kelapa muda, es dawet, es doger, es jus, es tebu, es krim, es pisang ijo, es buah, es nangka, es durian, dan lain-lain. Semua ditawarkan dari harga Rp 2000 sampai tak lebih dari Rp 10.000 saja. Dengan penataan yang rapi, dan jenis makanan yang beragam mengundang pembeli untuk memborong aneka makanan yang dijajakan.
Dagangan digelar mulai pukul 3 sore sampai maghrib. Para konsumen yang datang pun seperti menyemut tatkala jam mendekati arah maghrib. Dalam satu hari, Ibu Dian bisa memperoleh omset rata-rata Rp 500.000. Jika di akumulasi dengan penjualan selama kurang lebih 17 hari maka usahanya memperoleh omset kotor Rp 8.500.000. Wow, fantastis ya? Bagaimana kalau satu bulan? Hitung saja berapa pendapatan Ibu Dian, he he..
Usaha dadakan semacam ini memang menjanjikan. Kita tidak perlu repot-repot membuat aneka makanan tersebut sendiri. Ada banyak supplier makanan yang menitipkan dagangannya. Ada pula sebagian yang kita buat sendiri sesuai dengan ke-khas an masing-masing pemilik usaha. Karyawan pun bisa kita peroleh dengan pembayaran gaji yang bisa didiskusikan. Biasanya untuk karyawan paruh waktu tersebut digaji perhari dengan jam kerja sekitar 3 atau 4 jam kurang lebih Rp 15.000 sampai Rp 20.000.
Dibandingkan dengan menjadi karyawan pada perusahaan tertentu, menjadi pemilik usaha meskipun usaha tersebut tergolong usaha kecil, tetaplah memiliki keuntungan tersendiri. Dari segi waktu kita bisa mengatur kebutuhan sendiri, segi pendapatan kita bisa memperoleh sebesar-besarnya penghasilan, dan yang cukup penting disini yakni kita bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru. Sehingga ikut membantu pemerintah mengurangi pengangguran yang jumlahnya semakin tahun semakin banyak.
Untuk mendapatkan tempat di hati pelanggan diperlukan beberapa tips. Pertama, sebisa mungkin meraih keuntungan yang minim tetapi dengan kuantitas banyak. Kedua, tetap menjaga atau memperhatikan kualitas jenis makanan yang kita jual. Mengingat berbisnis makanan ini salah satu jenis barang yang mudah basi, maka teliti secara seksama setiap dagangan yang kita jual. Ketiga, jadikan pelanggan atau konsumen adalah teman. Sehingga tetap terjalin komunikasi yang baik dan memudahkan kita untuk mendapatkan iklan gratis karna pelanggan puas.
Selain itu, dari sisi pemilik usaha penting sekali untuk mengatur keuangan secermat mungkin. Kita harus terjun langsung menghadapi konsumen. Jangan hanya percaya dan memasrahkan semuanya pada karyawan. Demi kemajuan usaha yang kita buat. Oh ya, pemilihan tempat usaha yang strategis mempengaruhi laris tidaknya/berkembang tidaknya bisnis kita, loh. Makanya, pilih tempat yang tepat sesuai pangsa pasar yang kita inginkan. Yuk, kita intip simulasi bisnis ini, siapa tahu setelah membaca artikel ini teman-teman langsung mendapatkan ide untuk berbisnis aneka makanan.
Perkiraan Simulasi Bisnis Aneka Makanan :
Modal Awal : Rp 3.000.000
Pendapatan per bulan :
- Omset makanan yang dibuat sendiri 30 x Rp 100.000 Rp 3.000.000
- Omset makanan hasil konsinyasi Rp 1.000.000
Total pendapatan perbulan Rp 4.000.000
Pengeluaran per bulan :
- Biaya bahan baku ( tepung terigu, gula, telur, minyak ) Rp 1.000.000
- Biaya karyawan paruh waktu 1 x Rp 20.000 Rp 000
- Biaya lain-lain Rp 000
Total pengeluaran perbulan Rp 1.800.000
Total Laba Bersih :
Rp 4.000.000 – Rp 1.800.000 = Rp 1.200.000
Perkiraan BEP :
Sekitar 3 bulan
Catatan :
- Biaya tidak termasuk sewa tempat usaha
- Besar kecilnya modal awal disesuaikan dengan besar kecil usaha yang ingin kita buat
Motivasi Bisnis :
“ Usaha apapun yang kita jalankan asalkan kita cinta dan konsisten, maka akan menghasilkan hasil usaha yang luar biasa. Salam wirausaha! Salam Isbis! “
Penulis : Enno Salsa