Foto: Subandi mantan PMI pengusaha bakso di Korea. Sumber detikNews.com
Orang Indonesia yang pernah ke Korea Selatan, pasti tahu Bakso Bejo. Restoran Indonesia yang menawarkan spesialisasi menu bakso. Namun, tak disangka, di balik restoran bakso dengan banyak cabang ini, semuanya bermula dari sebuah gerobak yang dirakit sendiri oleh seorang PMI.
Adalah Subandi. Ketika perekonomian di Korea sempat down, Subandi melihat peluang. Belum ada bakso khas Indonesia saat itu di Korea Selatan.
“Adapun bakso dahulu kan kecil-kecil, bakso Thailand yang Rp5 ribu itu, lho. Saya berpikir, wah kalau ini coba yang besar-besar seperti di Indonesia mungkin agak sedikit tertarik ya,” ungkap Subandi, dilansir channel YouTube Marchelia Fika, dikutip Rabu (12/10/2021).
Sebelum memutuskan untuk berjualan, Subandi sempat berpikir dua kali. Ia membandingkan harga dengan kurs daging, karena bakso Thailand yang lebih murah.
“Makanya waktu itu saya niatkan karena Allah launching bakso dengan harga Rp25 ribu. Ketika itu harga dagingnya lebih dari Rp14 ribu. Alhamdulillah bisa diterima,” ujar pria yang bekerja menjadi PMI Korea selama 12 tahun ini.
Awalnya, Subandi tidak langsung membuka restoran. Subandi menjadikan gerobak bakso sebagai ikon dagangannya. Dengan modal 200 ribu won alias Rp2 jutaan, ia mencoba bikin gerobak dari sisa kayu perabot rumah korea.
Setelah launching dengan bakso di Korea menggunakan gerobak, tak disangka-sangka jualan Subandi menjadi viral. Sesuai dengan nama jualannya, Bakso Bejo, Subandi bernasib mujur dengan jualan bakso.
Keinginan Subandi membuka usaha rupanya juga dilatarbelakangi upah teman-temannya yang hanya cukup untuk dikirim ke keluarga.
“Kasihan teman-teman ya kalau uangnya sudah dikirim terus mau belanja enggak mungkin. Saya berpikir bisalah menolong teman-teman yang enggak punya uang untuk belanja dan bayar habis gajian di sini.”
Meski sukses dan sempat viral, Subandi mendapat banyak rintangan di awal mula mendirikan usaha kuliner di 2014 itu.
“Awalnya sulit banget, kalau di Indonesia orang enggak bisa bikin bakso, tinggal ke pasar beli daging ada tukang giling. Pertanyaannya di sini, mau giling bakso di mana kan, gitu. Mutar-mutar,” tutur Subandi.
Tak kehabisan ide, Subandi mengakalinya dengan membuat gilingan dengan panci yang dilubangi, kemudian diberi modifikasi dengan dinamo. Percobaan awal sempat gagal, lantaran adonan bukan tergiling dengan sempurna, malah ‘terbang’ ke luar dari panci.
“Saya hampir putus asa, saya beli blender yang harganya ratusan ribu won itu pakai sekali langsung hancur, karena enggak kuat. Daging kan berat,” ucapnya.
Berbekal ilmu dari YouTube, Subandi merakit sendiri dan punya tempat penggilingan sendiri. Subandi pun belajar bikin bakso selama 1 tahun dengan resepnya sendiri.
Kesulitan lainnya yaitu mencari daging halal. Subandi mengaku daging sapi, ayam itu sangat murah dan mudah didapat, tapi label halal masih menjadi kendala.
Untuk mengembangkan bisnisnya, Subandi mengenalkan usahanya lewat fanspage di Facebook.
Misi Subandi dalam mengenalkan masakan Indonesia di Korea juga berhasil. Makanan Indonesia yang kaya rempah akhirnya bisa terkenal di sana.
Subandi kini memiliki 8 kedai bakso di Korea, ada di Seoul (Myeongdong), Songuri (pusat Bakso Bejo), Karebi, Ujeongbu, Ansan, Gimhae, Daegu, dan Busan.
Rencana Subandi dalam melebarkan bisnis kulinernya juga enggak main-main. Ia berencana akan buka di Jepang, Taiwan, Hong Kong, dan apabila memungkinkan di Turki.
“Mungkin kalau ada kesempatan buka cabang di Saudi, ingin di Madinah atau di Mekkah,” tambah Subandi. (0l)