Foto ilustrasi pekerja migran kaburan diambil dari CNA.
Sejak pemerintah Taiwan menerapkan peraturan ketenagakerjaan baru pada bulan Desember lalu, jumlah pekerja migran yang melarikan diri telah menurun, kata Kementerian Tenaga Kerja atau Ministry of Labor (MOL). Pernyataan kementerian tersebut bertentangan langsung dengan komentar Tai Hung-yi (戴宏怡), Kepala Asosiasi Industri Tenun Sutra dan Filamen Taiwan atau Taiwan Silk and Filament Weaving Industrial Association.
Kepala asosiasi Industri tersebut mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan tajam dalam jumlah pekerja migran yang tidak bekerja sejak pemerintah memperkenalkan peraturan baru yaitu kerja mingguan.
MOL pun menjawab mengenai sanggahan Tai dan mengatakan bahwa statistiknya membuktikan data yang benar. Hanya 1,05 persen pekerja kerah biru asing tercatat tidak terhitung dalam periode Januari sampai April, dibandingkan dengan 1,27 persen pada periode yang sama tahun lalu dan 1,31 persen dalam empat bulan pertama tahun 2015, kata MOL.
Di bawah peraturan hari kerja yang baru, jumlah jam kerja maksimum telah dikurangi menjadi 40 jam seminggu dari 84 jam setiap dua minggu. Pekerja yang termasuk pekerja migran yang dicakup oleh Undang-Undang Standar Ketenagakerjaan, sekarang juga berhak mendapatkan satu hari wajib dan satu hari istirahat “fleksibel” seminggu, sedangkan di masa lalu, hanya ada satu hari wajib di luar per minggu.
Seperti yang diberitakan CNA, MOL mengatakan untuk mengurangi jumlah pekerja migran yang melarikan diri, pihaknya telah mendirikan kantor pelayanan di bandara dan hotline pengaduan nomor 1955 untuk pekerja kerah biru (buruh migran) yang mempunyai keluhan kepada majikan mereka.
MOL juga mengatakan bahwa pihaknya telah mendorong perekrutan langsung bagi buruh migrant untuk membantu menyelesaikan amandemen undang-undang yang memungkinkan pekerja migran di Taiwan dipekerjakan kembali tanpa harus meninggalkan negara tersebut setiap tiga tahun sekali.
Kelompok buruh telah lama mengatakan bahwa eksploitasi oleh agensi dan kondisi kerja yang buruk di Taiwan adalah alasan utama mengapa beberapa pekerja migran kabur dari pekerjaan mereka.