Menjamurnya kendaraan sepeda motor di Indonesia membuka peluang yang sangat besar bagi kita untuk membuka usaha. Baik itu usaha pencucian motor atau bengkel motor. Peluang ini pun terbaca oleh Tri Wahyu Budi Santoso. Purna TKI yang pernah bekerja di sebuah pabrik elektronik di Longtan, Taiwan ini. Selepas 2 tahun bekerja sekaligus bertemu jodoh dengan gadis pujaannya Yuyun Winarsih, mereka memutuskan untuk tidak kembali ke Taiwan. Bermodal hasil bekerja berdua, mereka pun membuka usaha kecil-kecilan. Namun Budi merasa tidak cukup modal setelah merasakan kebutuhan berumah tangga. Pada tahun 2003 akhirnya Budi memutuskan untuk kembali bekerja ke luar negeri. Jepang adalah negera pilihan berikutnya, mengingat pada masa itu ke Taiwan harus membayar Rp 18 juta rupiah ditambah masa potongan 16 bulan sebesar lebih dari 9000 NT$. Dari masa-masa merantau itulah purna TKI ini menciptakan wirausaha bengkel motor menjanjikan yang cukup sukses. Berikut kisahnya.
Dari Hobi Menjadi Usaha
Tiga tahun sudah dijalani kontrak kerjanya di Jepang. Kepulangannya kali ini tidak membuatnya tergiur untuk kembali menjadi TKI meski gaji di sana sangat menggiurkan. Pilihan tinggal di tanah kelahiran istrinya, berkumpul dengan anak dan istrinya membuat ayah dua anak ini semakin mantap untuk membuka usaha bengkel motor. Selain semakin banyaknya pengguna sepeda motor, ia memang hobi mengutak-atik mesin motor sejak masih muda. Sekarang ia tidak hanya bisa membenahi motornya sendiri, melainkan juga banyak motor sekaligus mendapat penghasilan. Begitulah prinsip usaha yang dipegangnya, “Bukalah usaha sesuai dengan hobi kita. Dengan begitu kita akan dengan senang hati mengerjakannya”. Bermodal sekitar Rp 25 juta untuk bangunan dan Rp 25 juta untuk pembelian peralatan, resmilah dibuka bengkel yang terletak di depan rumahnya.
Kenakan Tarif bersahabat
Dibantu dua orang pegawainya, Budi membuka bengkelnya mulai pukul 07.00 pagi hingga pukul 17.00 sore. Meski sering kali beberapa pelanggannya datang pukul 05.00 pagi atau malam hari bila mendesak, Budi pun tidak keberatan. Dengan senang hati akan tetap melayaninya hingga selesai.
Sedangkan sang istri pun tidak mau tinggal diam. Memahami kesibukan suaminya, bila ada barang yang habis di tokonya, ia dengan segera berbelanja ke kota.
Untuk tarif yang dikenakan, pria kalem ini mematuk harga “sahabat” dengan kata lain lebih terjangkau dari bengkel di kota atau dealer. Bila di kota hanya membersihkan mesin pengguna sepeda motor seharga Rp 25 ribu, maka di tempatnya hanya Rp 10 ribu saja. Tarif tambal ban pun hanya Rp 5 ribu saja. Sementara servis ringan hanya dikenakan Rp 15 ribu – Rp 25 ribu rupiah saja, tetapi untuk kerusakan yang parah dikenakan tarif Rp 60 ribu rupiah.
Kian hari bengkel yang dikelola Budi kian maju. Sekarang ia tak lagi sulit mencari pegawai untuk membantunya, bahkan orang-orang yang bekerja di dealer resmi beberapa merk ternama pun ada yang melamar pekerjaan pada bengkelnya. Sementara seorang pegawainya yang dahulu pertama kali membantunya kini sudah membuka usaha yang sama dengannya di kampung halamannya.
Omsetnya pun kini sudah lumayan besar, Rp 2 juta rupiah/hari. Walaupun di sebelah rumahnya juga terdapat bengkel motor. Dari pengalamannya yang pernah bekerja dan sekarang menjadi pengusaha, Budi berpesan pada rekan-rekan TKI Taiwan khususnya agar jangan terlena dengan besarnya gaji di negeri orang. Kumpulkanlah modal untuk membuka usaha di Indonesia. Begitu banyak peluang usaha di negeri kita tercinta, Indonesia. Asalkan mau berusaha dan ulet menjalankannya kita pun bisa maju. (rf)