Foto: Rektor UMS Sofyan Anief melakukan penandatanganan kerjasama dengan Jepang untuk pengoptimalan kerjasama penyaluran tenaga kerja kesehatan. (GATRA/Rahma N/far)
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menjajaki kerjasama dengan salah satu perusahaan Fuku Kyodou Kumia, penyalur tenaga kesehatan di Jepang. Dari kerjasama tersebut diketahui bahwa kebutuhan negeri Sakura akan tenaga kerja kesehatan mencapai 500 ribu tenaga kerja.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Sofyan Anief menuturkan bahwa tingkat kebutuhan tenaga kerja di Jepang cukup tinggi. Dari penjajakan kerjasama antara Indonesia dan Jepang melalui perusahaan penyalur tenaga kesehatan Fuku Kyodou Kumia, dibutuhkan hingga 500 ribu tenaga kerja.
Maka dari itu UMS berencana menggandeng perguruan tinggi lain, baik perguruan tinggi Muhammadiyah maupun perguruan tinggi diluar itu. Dikarenakan lulusan UMS sendiri kuotanya tidak melampaui jumlah tersebut.
Ke depan kerja sama akan diperlebar dalam sektor lainnya. Saat ini penjajakan kerja sama baru sebatas untuk tenaga kesehatan untuk lansia. Selanjutnya UMS akan membidik di sektor teknis industri dan pertanian.
Kerja sama dengan Indonesia ini memang menjadi hal yang baik dari kedua belah pihak. Apalagi selama ini Jepang merupakan salah satu negara yang menyukai tenaga kerja Indonesia.
Untuk itu UMS mendorong mahasiswanya untuk mengambil kesempatan tersebut. Selain itu Sofyan Anief menilai Fuku juga merupakan mitra kerja pemerintah sehingga dipastikan ada jaminan kerja untuk para tenaga kerja dari Indonesia.
Sementara itu CEO Fuku Kyodou Kumiai, Ikuno Kowada menyatakan bahwa banyak warga Jepang di rentang usia 80 hingga 100 tahun kondisinya masih sehat. Hal inilah yang menyebabkan Jepang membutuhkan lebih banyak perawatan bagi lansia.
Di Jepang sudah ada rumah sakit khusus lansia yang cukup banyak mempekerjakan orang. Sejauh ini ‘record’ tenaga kerja asal Indonesia sangat baik, sehingga orang Jepang lebih menyukai orang Indonesia yang bekerja di sana. (Ol)