Foto diambil dari CNA. Tempat permainan dengan mesin capit.
Psikiater di Taiwan selatan mengatakan banyak penduduk Taiwan yang mulai kecanduan untuk bermain mesin capit demi mendapatkan boneka lucu di dalamnya. Perilaku ini sudah mengganggu kehidupan pribadi dan kerjanya.
Seperti diberitakan Taiwannews, psikiater rumah sakit An-Nan Taiwan Chang Chun-Hung mengatakan keberadaan lebih dari 10000 mesin capit di seluruh Taiwan sudah memakan korban akibat kecanduan. Salah satunya menimpa pria bermarga Lin (35 tahun) yang sehari-hari bekerja sebagai tukang reparasi lift.
Lin kecanduan bermain hingga akhirnya kehabisan uang dan mengambil pinjaman tanpa sepengetahuan istrinya. Ia bahkan sampai mencuri dan menggalang dana demi membiayai kecanduannya.
Akibatnya ia sekarang kehilangan pekerjaannya dan kehidupannya terganggu.
Pada kasus lain di Kaohsiung pria 40 tahun bermarga Chang yang sehari-hari bekerja sebagai kontraktor menghabiskan 20800 NT per bulan untuk bermain mesin capit. Meski sudah menghabiskan uang sebanyak itu, ia masih belum bisa memenangkan speaker bluetooth yang Cuma seharga 650 NT.
Frustasi, ia mencurangi mesinnya dengan menggunakan magnet kuat. Akibat tindakannya, alarm peringatan berbunyi dan ia ditangkap dengan tuduhan pencurian.
Psikiater Chang mengakui benda semacam boneka lucu ini memiliki efek psikologis yang menyenangkan. Selain itu pada anak kecil diketahui benda-benda itu dapat menarik perhatian.
Musik yang keras juga membuat suasana semakin bersemangat dan meningkatkan dorongan untuk berbelanja.
Otak memiliki pusat bahagia yang juga bisa terpengaruh dengan stimulasi. Beberapa di antaranya termasuk penggunaan kokain, alkohol, dan obat terlarang. Tidak hanya itu, aktivitas seperti memakan coklat dan menonton lawak juga memberi pengaruh yang sama dalam jangka pendek.
Beberapa tanda-tanda seseorang kecanduan di antaranya berkurangnya respon fisik, frustasi jika tidak dapat bermain, dan kehilangan kontrol diri sendiri. Meski demikian, seseorang dengen tanda-tanda tersebut belum tentu karena kecanduan. Bagi yang khawatir, sebaiknya mencoba memeriksakan diri ke psikiater.