Foto-foto diambil dari CNA.
Seorang sersan Komando Angkatan Darat ke-8 dan sekaligus suku asli Taiwan berasal dari Paiwan telah dipuji oleh para netizen karena berani menaklukkan dan menahan seorang penumpang gila yang menewaskan seorang petugas polisi pada Rabu malam (3 Juli).
Pada Rabu malam, seorang lelaki berusia 54 tahun bermarga Cheng (鄭) naik TRA Tze-Chiang Limited Express (自強 號) di Tainan dan duduk di gerbong nomor 3. Ketika kondektur mulai memeriksa tiket, ia menemukan bahwa Cheng belum membeli tiket.
Cheng berjanji akan membeli tiket saat berhenti di Stasiun Chiayi. Tanpa diduga, ketika kereta tiba di Stasiun Chiayi, pria itu pindah ke gerbong No. 4.
Ketika kondektur menanyai Cheng, terjadi pertengkaran dan kondektur memanggil seorang polisi. Ketika seorang perwira polisi berusia 26 tahun bermarga Lee (李) dan seorang petugas lain yang bermarga Lu (呂) menaiki kereta, kemarahan Cheng tiba-tiba meledak dan mengeluarkan pisau kemudian menikam Lee.
Video dan foto kejadian itu telah beredar di media sosial, termasuk tindakan heroik seorang pria berpakaian hitam yang mereka juluki “Brave Volunteer Brother.” Dalam video insiden yang menyebar di media sosial, lelaki itu terlihat bergabung dengan kondektur, petugas polisi, dan staf kereta api lainnya dalam membantu menjebak Cheng.
Pria itu terlihat mengunci bahu kiri Cheng saat seorang petugas polisi mengendalikan bahu kanan tersangka. Rekaman lebih lanjut menunjukkan sukarelawan yang menjepit Cheng ke tanah dengan lututnya, sementara pria lain menahan tangan Cheng.
Meskipun ia awalnya menghindari permintaan untuk diwawancarai oleh media, netizen melacak identitasnya sebagai pemimpin pasukan Sersan dari Batalion ke-3 Brigade ke-333 Komando 8 Angkatan Darat, lapor UDN. Komando Angkatan Darat ke-8 mengidentifikasi pria itu sebagai Lo Wei (羅偉) dan mengatakan bahwa ia adalah anggota suku asli Paiwan dari Chunri di Kabupaten Pingtung.
Lo menuju utara untuk mengunjungi ibunya di Taichung ketika insiden itu terjadi. Lo mengatakan bahwa dia khawatir tersangka akan terus menyerang orang lain dan merasa berkewajiban untuk bergabung dalam upaya menaklukkan penumpang yang emosianal tersebut.
Setelah krisis berakhir, Lo meninggalkan tempat kejadian tanpa meninggalkan nama atau informasi kontaknya. Pihak militer tidak mengetahui kejadian tersebut sampai pagi ini ketika video-video dirinya mulai menyebar.
Lo mengatakan dia percaya bahwa tentara harus melakukan tugas mereka untuk membantu melindungi orang lain. Dia lebih memilih untuk tidak menonjolkan diri dan enggan diwawancarai.