Foto diambil dari CNA.
Jumlah pekerja cuti tidak dibayar alias pengangguran sementara akibat sejumlah perusahaan di Taiwan berhenti produksi pada bulan Juni lalu jumlahnya meningkat dibandingkan semester pertama awal tahun 2016 lalu. Hal tersebut dikarenakan keterlambatan pertumbuhan ekonomi lokal.
Data yang didapat dari Departemen Tenaga Kerja atau Ministry of Labor (MOL) mengatakan bahwa jumlah pekerja yang mengalami cuti tak dibayar tersebut berjumlah 658 orang hingga akhir Juni, naik dari jumlah 503 orang yang dilaporkan tanggal 15 Juni lalu.
Total 26 perusahaan telah memberlakukan karyawan mereka menjadi “cuti tak dibayar” pada pertengahan bulan Juni dikarenakan merosotnya ekonomi.
Pemerintah mendapat laporan statistik kemerosotan ini dalam dua kali laporan selama 1 bulan, yaitu bulan Juni. Hal tersebut dikarenakan penurunan ekspor Taiwan dan permintaan barang secara global yang melemah.
Ekspor barang adalah tulang punggung perekonomian Taiwan, penjualan keluar pun melemah dan telah memaksa beberapa eksportir Taiwan untuk memberlakukan cuti tak dibayar untuk karyawan mereka.
Pemerintah telah meluncurkan program NT $ 20000000000 (US $ 621.000.000) untuk menawarkan pelatihan kepada karyawan yang terkena dampak tersebut meningkatkan keterampilan kerja mereka.
Dalam program ini, peserta menerima upah dari NT $ 100 per jam untuk membantu memenuhi biaya hidup mereka, hingga maksimal dari NT $ 12.000 per bulan, kata MOL.