Foto diambil dari Serikat Buruh Nelayan di Yilan.
Serikat pekerja di Kabupaten Yilan pada hari Selasa mendesak Departemen Tenaga Kerja atau Ministry of Labor (MOL) untuk meningkatkan keselamatan bagi para nelayan migran, setelah adanya laporan tentang tenggelamnya kapal dalam beberapa tahun terakhir karena praktik-praktik yang tidak aman.
Allison Lee (李麗華), sekretaris jenderal Serikat Buruh Migran Yilan, mengatakan bahwa beberapa nelayan migran yang telah meninggal saat bekerja di laut mungkin telah diselamatkan jika mereka mengenakan jaket penyelamat.
Salah satu kasus adalah kasus seorang nelayan asal Indonesia bernama Iwan Rohadi yang tenggelam di dekat Yilan pada tahun 2017 karena ia jatuh ke laut tanpa jaket pelampung ketika ia diminta untuk bekerja di kapal yang ia tidak kenal, kata Lee.
“Tubuh Rohadi ditemukan tiga hari kemudian,” kata Lee.
Hanya dua bulan kemudian, seorang nelayan Indonesia lainnya, bernama Sayidi, yang bekerja di kapal penangkap ikan yang terdaftar di Nanfang’ao, juga tenggelam di Yilan, kata Lee.
Sejak kematian Sayidi, Lee telah berbicara dengan anggota serikat buruh berdiskusi bagaimana membantu peningkatan masalah keamanan mereka.
Lee mengatakan sebagian besar pengusaha di daerah Nanfang’ao tidak mengizinkan nelayan migran mereka mengenakan jaket penyelamat.
Insiden yang baru-baru ini terjadi yaitu kapal nelayan lain yang terdaftar di Yilan, Lee mengatakan Chiuan Yi-Tsai No. 1, yang meninggalkan pelabuhan 2 Agustus, membawa lima nelayan Indonesia dan seorang kapten Taiwan untuk memancing di dekat Kepulauan Diaoyutai, kemudian dinyatakan hilang dan ditemukan beberapa hari kemudian, dengan jaket pelampung mengambang di laut.
“Ini menunjukkan bahwa para nelayan tidak mengenakan jaket penyelamat saat itu,” katanya.