Foto diambil dari CNA.
Seorang pekerja perikanan Filipina dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada Selasa (8 September) karena pembunuhannya di laut lepas tahun lalu yang mengakibatkan kematian delapan awak kapal penangkap ikan.
Pengadilan Distrik Pingtung pada hari Selasa memutuskan Aurelio Arafiles Fronda bersalah atas pembunuhan, percobaan pembunuhan, dan pengabaian jasad, ujar laporan UDN. Fronda adalah kepala petugas di kapal Wen Peng (穩 鵬 號), yang terdaftar di Donggang Kabupaten Pingtung.
Menurut juru bicara Badan Perikanan Taiwan, pada pukul 3 pagi tanggal 20 Februari 2019, sekitar 1.540 mil laut dari Port Louis, Mauritius, perkelahian terjadi ketika ia menganiaya dua ABK lainnya hingga tewas dalam sengketa pemberian tindakan disiplin. Dari 24 awak kapal yang terdiri dari tiga orang Taiwan, 10 orang Filipina, dan 11 orang Indonesia, enam orang dilaporkan meloncat ke laut untuk melarikan diri dari Fronda.
Fronda dikawal oleh petugas Administrasi Penjaga Pantai. (Foto CNA)
Setelah menerima panggilan darurat radio tentang serangan itu, Administrasi Penjaga Pantai (CGA) mengirim kapal patroli “Hsun Hu No. 8” (巡護 八號) ke lokasi terakhir kapal yang diketahui. Petugas menemukan kapal itu pada 2 Maret tahun lalu dan menangkap Fronda di tempat, kemudian membawanya ke Kantor Kejaksaan Distrik Pingtung untuk penyelidikan dan persidangan.
Anggota kru yang melompat ke laut, termasuk lima orang ABK Indonesia dan seorang pria Filipina yang diidentifikasi sebagai Rizaldy Viernes, tidak terlihat sejak itu dan diperkirakan tewas setelah upaya pencarian dan penyelamatan pada 4 Maret tahun lalu berakhir. Dalam dakwaan tahun lalu, jaksa penuntut merekomendasikan agar Fronda dijatuhi hukuman berat, karena dia tidak menunjukkan belas kasihan selama serangan kejamnya dan memotong jala yang bisa digunakan untuk menyelamatkan awak kapal dari air.
Fronda dilaporkan menderita skizofrenia dan sering mengalami delusi karena dianiaya. Fronda mengklaim bahwa anggota kru ABK lainnya iri dengan prestasi kerja yang baik dan gajinya yang tinggi, dan ketika ia bertengkar, ia kehilangan kendali atas emosinya dan mulai mengamuk.