Pembunuh bayaran yang disewa pemerintah Filipina untuk membunuh pengedar narkoba. Foto diambil dari www.thesun.co.uk.
Masyarakat dunia terkejut dengan kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang telah memberantas kejahatan dan narkoba dengan cara membunuh pengedar narkoba dan pelaku kejahatan dengan cara menembak mereka. Tak tanggung-tanggung, kepolisian setempat pun menyewa seorang pembunuh bayaran, wanita sebagai kaki tangan untuk membunuh para pengedar narkoba.
Seperti yang dilansir dari AFP, The Sun dan BBC, diceritakan bahwa seorang wanita Filipina yang hidup dalam kemiskinan ini diangkat polisi menjadi pembunuh bayaran. Nama samarannya Maria. Ia hidup dalam kemiskinan sehingga ia pun menerima saja apa yang polisi perintahkan. Kedekatan Maria dengan beberapa orang pengedar narkoba tentu tak akan menimbulkan kecurigaan karena ia wanita. Ia diminta kepolisian untuk membunuh para pengedar narkoba yang tak mau ditangkap dengan cara menembak mereka tepat di kepalanya. Saat ini sudah ada sebanyak 6 orang yang dibunuhnya.
Sementara itu jumlah seluruh pelaku kejahatan dan pengedar narkoba yang telah dibunuh oleh pemerintah Filipina melalui operasi kepolisian atau “Maria-Maria” yang lain jumlahnya sekitar 2000 orang lebih. Pemerintah Filipina di bawah pemerintahan Duterte sangat serius untuk memerangi kejahatan dan pengedar narkoba.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric pernah mengkritik atas tindakan Duterte tersebut. Namun ia pun tak segan mengeluarkan pernyataan bahwa Filipina akan hengkang dari keanggotaannya di PBB jika mereka ikut campur akan permasalahan negerinya. Namun pernyataan tersebut beberapa waktu kemudian diralatnya, dianggap sebagai lelucon, bukan keseriusan untuk keluar dari PBB.
Duterte pun menolak bertemu dengan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon. Penolakan ini dikarenakan kritikan PBB terhadap pemerintahannya dalam upaya memerangi narkoba. Saat ini PBB pun mengupayakan untuk mengadakan pertemuan antara Ban dan Duterte di sela-sela KTT ASEAN di Laos pekan depan. Namun hingga berita ini diluncurkan masih belum ada kesepakatan mengenai waktu pertemuan.
Banyak warga Filipina meratapi kepergian orang yang mereka kasishi akibat terbunuh. Seperti salah seorang wanita yang memegang foto almarhum suaminya. Wanita tersebut kini telah menjanda.