Foto ilustrasi diambil dari helplines.org
Mungkin kita bisa lupa dengan nama teman, nama tempat, tapi tidak dengan kenangan. Entah itu sedih, senang, suka dan rasa cinta. Semua itu akan terekam baik oleh memori otak kita sampai kapanpun. Saat pertama kali kita jatuh cinta mungkin sampai saat ini anda masih mengingatnya, begitupun jika kita mengalami kejadian yang tidak mengenakkan hati atau kejadian burukpun akan selalu ada dalam ingatan.
Seperti aku, peristiwa itu takkan pernah aku lupakan dalam sejarah hidupku. Kejadian buruk yang aku alami di Taiwan oleh hanya karena sebuah HP Jadul yang aku temukan di pekarangan rumah, menyebabkan aku dan majikanku harus bolak-balik ke pengadilan.
Setiap tanggal 1 Mei sudah pasti tanggal merah atau libur, karena tanggal 1 Mei adalah hari buruh sedunia, tapi tidak dengan aku yang tidak ada libur karena aku bekerja disektor informal alias penata laksana rumah tangga. Seperti hari-hari biasanya, aku mengerjakan tugas kewajibanku merawat nenek juga membersihkan rumah. Karena aku bekerja untuk kedua kali di majikan yang sama, jadi majikan tidak pernah mengatur aku untuk mengerjakan apapun, karena aku sudah paham apa yang harus aku kerjakan.
Selasa sore, 1 mei 2012, seperti biasanya aku menyapu halaman, karena rumah majikan dan pekarangannya sangat luas dan banyak ditumbuhi pepohonan. Saat aku sedang menyapu, majikanku memanggiku.
“Ani, kesini sebentar, ada polisi mencari kamu,” teriak majikanku.
“Iya tunggu sebentar!”
Sambil meletakkan sapu dan bergegas masuk kedalam. Kulihat ada dua orang tamu yang tak lain adalah polisi, tapi tidak memakai seragam polisi dan akupun menghampiri mereka sambil membungkukkan badan dan menyapa mereka seramah mungkin.
“Kamu adalah Unaeni?“ Tanya polisi itu.
“Iya betul.” Jawabku.
“Apakah kamu pernah membuka HP-mu, mengambil kartu SIM dan memindahkan ke HP yang lain?” Pertanyaan polisi yang diajukan kepadaku. Akupun geleng-geleng kepala.
“Apakah kamu pernah menemukan sebuah ponsel ?”
“Iya, tunggu sebentar aku akan mengambilnya.”
Segera aku menuju ke kamarku dan mengambil ponsel temuanku dan aku serahkan kepada polisi itu.
“Dimana kamu menemukan ponsel ini? Bisakah kamu menunjukkan tempatnya kepada kami?“
“Tentu, ayo ikut aku.“
Kamipun bergegas keluar menuju pekarangan belakang dan kutunjukkan dimana tempat aku menemukan ponsel itu. Pekarangan rumah majikanku semua dipagar tembok. Dibelakang pekarangan ada rumah warga. Oleh polisi itu akupun difoto sampai 3 kali dimana ditempat aku menemukan ponsel. Ditempat itu aku menemukan ponsel. Kubilang pada polisi itu bahwa tanggal 3 november 2011, aku datang ke Taiwan yang kedua kali, dan sekitar akhir November 2011, aku menemukan ponsel itu.
Saat menemukan ponsel itu, aku memberitahukan pada majikan dan majikan bilang mungkin orang membuangnya karena ponselnya sudah jelek. Memang benar ponsel yang aku temukan adalah Nokia layar hitam putih yang jadul. Karena aku penasaran akupun mencoba mengaktifkannya dan ternyata masih aktif. Akupun mencoba-coba untuk menelpon operator dan mengecek pulsa setelah itu langsung aku matikan.
Akhirnya aku dibawa ke kantor polisi dekat menara 101. Selesai diwawancara akupun langsung dibawa ke pengadilan daerah sekitar taman 228. Aku dibawa masuk ke ruangan sidang. Aku ceritakan bahwa aku menemukan ponsel bukan mencuri ponsel, aku berbicara dengan sejujurnya. Selesai disidang, aku dimasukkan ketahanan sementara khusus wanita.
Saat ini pikiranku kacau balau dan tidak lupa aku berdoa kepada Sang Tuhan untuk selalu meminta pertolonganNya. Seumur hidupku baru tahu merasakan masuk tahanan di Taiwan. Apakah aku akan menjadi penghuni tahanan ini? Itu tidak akan terjadi, karena aku tidak pernah melakukan perbuatan mencuri ponsel. Stress berat rasanya kala itu, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan seandainya aku jadi penghuni tahanan itu. Lima belas menit kemudian akupun dibebaskan dan diperbolehkan pulang. Lega rasanya hati ini, permasalahanku sudah beres.
Satu bulan kemudian, ada surat dari pengadilan untuk melakukan pemeriksaan, aku bimbang dan bingung. Aku coba menelpon salah satu organisasi supaya bisa membantu menyelesaikan persoalanku tapi majikanku melarang dengan alasan nanti masalahnya tambah panjang.
“Hadapi saja sendirian, tak akan terjadi apa-apa.” Kata majikan menyemangatiku.
Dengan diantar majikan, kamipun menuju Shi-lin district prosecutors office. Majikan dilarang masuk dan menunggu diluar. Dengan mengucap nama Tuhanku dalam hati, akupun berbicara dangan sejujurnya dihadapan hakim, dan setelah itu aku diperbolehkan pulang. Satu minggu kemudian ada surat dari pengadilan menyatakan aku bebas dari tuduhan pencurian ponsel. Sebenarnya yang melakukan laporan palsu itu adalah tetangga belakang rumah majikanku. Polisi bilang orang itu menginginkan uang. Jadi harus hati-hati jika kita menemukan barang apapun, meskipun barangnya mungkin sudak tak layak, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok. Oleh sebab itu jikalau menemukan sesuatu harap lapor polisi terdekat.
Sudah hampir satu tahun kejadian ini, tapi tak akan lepas dari ingatanku. Ada pepatah mengatakan, “Pengalaman adalah guru yang paling berharga .“
Dengan kejadian ini aku semakin berhati-hati dengan siapapun, meskipun rata-rata orang Taiwan baik tetapi tetap waspada itu perlu. Jangan sampai kejadian yang aku alami menimpa teman-teman semua. Aku percaya kepada Tuhanku yang menuntun dan melindungi kita yang selalu bekerja dengan ikhlas, jujur. Untuk teman-teman semua tetap semangat dalam bekerja demi masa depan esok yang gemilang.
The End