Sampai rumah malam itu aku masih terbawa lamunanku. Istriku sibuk menyiapkan makan malamku. Itulah yang membuatku terharu, jujur masakannya tidak ada rasanya, tidak asin, tidak manis tidak ke mana-mana, tapi tiap hari ia selalu menghidangiku berbagai jenis menu. Dia selalu mengatakan membuatnya dengan penuh cinta. Itu yang membuatku makan tanpa peduli rasanya yang hambar.
Tahun ketujuh pernikahan kami keadaan masih sama saja. Semua usaha rasanya sia-sia. Gagasan Keken sempat terlintas dalam benakku dan ketika aku becanda mengutarakan niat itu, istriku mencincang bawang putih lebih keras lagi dengan pisau dapurnya. Seakan mengatakan berani kawin lagi kucincang kau seperti bawang putih ini! Gagasan itu hilang musnah segera.
Dalam sujudku malam itu. Aku setengah menangis, aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Semua dokter kandungan terbaik telah kami kunjungi dan tidak ada masalah apapun dengan kami berdua, pengobatan tradisional juga kami jalani. Menjaga makanan, kesehatan, semuanya sudah kami lakukan. Hanya mengambil anak pancingan ini yang tidak disetujui istriku. Dia masih yakin bisa punya anak sendiri dari rahimnya.
Ikhtiar lain pun kulakukan, dari sedekah sampai salat malam yang tanpa henti. Puasa sunah dan berkurban, berusaha dekat padaNya dan menyampaikan satu keinginan yang paling kami inginkan. Apa Dia lupa? Apa Dia terlalu sibuk mendengar doa yang lain sehingga mengabaikan doaku? Entah! Satu hal yang aku tahu. Dia tidak pernah lupa. Mungkin sepuluh tahun ini Dia tidak melihatku dan aku masih sanggup menunggu sepuluh atau dua puluh tahun lagi sampai Dia mendengar doaku.
Ketika aku bangun dari dudukku dan berbalik ke belakang, dia ada di sana dengan mukena putihnya.
“Ayo bermunajat bersama, Yah,” katanya.
Mataku berkaca-kaca. Demi apapun tak akan kutukar janjiku sehidup semati denganmu, sepuluh tahun ini kita telah bersama. Mulai malam ini dan malam-malam selanjutnya entah sampai berapa puluh tahun lagi aku ingin kami diberi umur panjang untuk bermunajat bersama.
Saat aku mengucap Takbiratul ihram, kami masing-masing percaya, Dia tidak pernah melupakan kita.
- Selesai –
Untuk : Bang Jay dan Mbak Jumku
Taiwan, 24 Maret 2015
Bagi yang ingin mengirimkan CERPEN, silahkan untuk mengirimkan naskahnya ke email : [email protected]. Artikel cerpen per naskah sekitar 500 – 1000 kata. Bagi CERPEN yang dimuat akan mendapatkan voucher dan sertifikat dari Indosuara.