Oleh: Iis Waluyo – Taichung
Berawal dari facebook yang merupakan jejaring sosial ini, aku bertemu dengan dia. Antara percaya dan tidak percaya, aku menemukan pasangan hidup dalam dunia maya. Sebenarnya aku bukan pecandu dumay (dunia maya), aku hanya menganggap semua hanya hiburan semata. Pacaran dalam dumay tidak sekalipun aku gubris. Di dunia nyata saja aku susah untuk mempercayai lelaki, apalagi dunia maya yang semu, “No way”. Tapi tanpa disangka kehidupan dumay telah merubah pemikiranku selama ini. Kehadiran sosok Adam yang tiba-tiba hadir dalam hidupku lewat dumay, membuatku bertanya, apakah ini yang dinamakan jodoh? Hanya Tuhan yang tahu.
Ditengah penatnya pekerjaan dan aktifitas sehari-hari, aku memilih mencari hibuan dalam dunia maya. Memang menyenangkan bisa berkeluh kesah dengan teman-teman yang tidak dikenal. Mereka juga memberikan masukan, kritik, saran, info dan nasehat-nasehat, bahkan ada yang membuat kita tertawa dengan kata-kata konyolnya, dari sinilah aku mengenal seorang lelaki, sebut saja dia Tengu. Dia termasuk orang yang humoris dan pandai berkata-kata. Aku selalu saja kalah bila berdebat dengannya. Si Tengu pun mulai melancarkan jurus-jurus PDKT dengan meminta nomer teleponku. Mulai dari pagi, siang, sore, malam, dia selalu mengirim sms yang isinya “SEMONGKO” alias semangat sampai bongko (titik darah penghabisan), dan lama-kelamaan aku mulai terbiasa dengannya. Selain itu ada tanda-tanda ketertarikan Tengu padaku, mungkin saja dia tertarik pada foto yang terpampang dalam layar facebook-ku. Padahal bila dilihat aslinya, aku tidaklah secantik itu.
Seiring waktu, Tengu masih dengan usahanya mendekatiku dan aku masih saja dengan sikap cuek menanggapi hubungan pertemanan kami. Usaha yang pertama ditunjukkan dengan cara membuat kaos yang bertuliskan “I love Tewel”. Mau tak mau bibirku mulai tersenyum melihat tingkahnya itu, kemudian muncul beberapa puisi cinta yang bisa membuat wanita melayang terharu mendengarnya.
Pada suatu malam yang sunyi, seperti biasa aku ber-chatting ria dengan si Tengu.
“Hai, Tewel,” sapanya.
“Hai juga Tengu,”jawabku.
“Uda makan?” Tanya Tengu.
“Ude dong, jam segini kalo Tewel belum makan bisa pingsan,” balasku dengan gurauan.
“Baguslah kalo begitu, makan yang banyak ya, kamu kan dalam masa pertumbuhan,” jawab Tengu.
“Iya betul banget kamu Ngu, nanti kalo sudah besar bisa jadi babi guling, hahaha….,” candaku, dan kamipun tertawa bersama dalam tulisan. Malam itu juga si Tengu mengungkapkan perasaannya. Entah mengapa dia bisa ada rasa denganku. Dia bilang mungkin saja karena aku menggunakan ilmu pelet agar menarik perhatiannya. Segera saja aku jawab: “Oh my God, daripada aku melet kamu, lebih baik aku memelet Christiano Ronaldo, pemain sepakbola tecakep versi Tewel”. Dia langsung tertawa terbahak-bahak dan membenarkan kata-kataku.
“Aku sayang kamu Wel,” kata Tengu sekali lagi. “Alah, gombal! Emang cewek-cewek di daerahmu sana pada mati semua ya, koq kamu nyari pacar di dumay sih?” Tanyaku. “Gak ada yang cocok untukku,” jawab Tengu meyakinkan.
Jujur, aku sendiri juga mulai merasakan ada getar-getar cinta dalam hatiku, tapi aku berusaha menutupi rasa itu, karena aku pikir semua ini pasti hanya sementara. Saat ini aku berada di Taiwan hampir 2 tahun, sedangkan si Tengu berada di Indonesia. Aku berniat menghabiskan kontrak kerjaku selama 3 tahun dan Tengu bilang bahwa dia bersedia menungguku sampai aku pulang nanti. Aku meragukan semua kata-katanya, walaupun hati kecil ini mulai berharap.
Keseriusan Tengu ditunjukkan dengan mendekati keluargaku yang juga tinggal di Surabaya. Dia mulai dekat dengan adik laki-lakiku. Ibuku pun juga pernah menaruh simpati padanya. “Wa, hebat sekali tuh cowok,” pikirku. Meskipun aku belum pernah bertemu langsung dengannya tapi dia rela berkorban untuk menunjukkan keseriusannya. Terkadang keraguan masih muncul di benakku dan ingin menyelami semua ini lebih dalam lagi dan nyata, tapi sayangnya semua itu terpisahkan oleh jarak dan waktu. Ruang kami memang berbeda. Dan tak dapat kupungkiri lagi aku jatuh cinta pada Tengu.
Memang jatuh cinta yang tak berlogika, hanya dengan untaian kata tertulis dalam chatting facebook, yang bisa menumbuhkan cinta yang muncul dari hati. Walaupun semua curahan dan ungkapan isi hati diluapkan secara tertulis, namun tetap memiliki makna yang dalam. Mungkin kami terlalu percaya diri dalam hal yang tak masuk akal ini, tetapi selama kita punya keyakinan pasti semua bisa terlewati dan menjadi mungkin.
Tujuh bulan berlalu sudah. Susah, senang, canda dan tawa aku lewati bersama si Tengu. Rasa penasaran dan keingintahuan membuatku mengambil sebuah keputusan. Aku menyelesaikan kontrak kerjaku selama 2 tahun saja. Ya, dengan semangat bonek (bondo dan nekat), kuputuskan untuk pulang ke Indonesia dan mencari cintaku. Aku tak peduli dengan segala resiko yang ada, dan siap dengan tantangan kedepan. Bagiku cinta yang hadir dalam insan yang saling mengenal dan bertatap mata langsung itu biasa, tapi cinta yang tumbuh dari hati tanpa mengenal dan melihat kondisi fisik itu benar-benar cinta yang luar biasa.
Akankah kisah Tewel dan Tengu akan berakhir dengan “happy ending” dan berlanjut ke pelaminan?
Sekali lagi hanya Tuhan yang tahu.
The End