Foto majikanku dan aku yang berdiri paling kiri.
“Jangan jadikan aku kaya hingga aku lupa akan Engkau, dan jangan jadikan aku miskin hingga makan pun aku harus mencuri dan mencemarkan nama-Mu. Tapi berikanlah apa yang menjadi bagian dalam hidupku, Amin”
Inilah sebait doa yang saya tulis pada diary-ku pada tanggal 9 Mei 2003.
Tanggal 8 Mei 2000, saya berangkat ke Taiwan. Beruntung saya mendapatkan majikan yang baik dan bekerja di kota Taichung, daerah Nantun. Saya tinggal di apertement.
Disaat masa penyesuaian, aku sering berbuat salah dengan salah menekan tombol sehingga nasinya tidak masak, tapi thai-thai dengan sabar terus memberiku semangat. Saat pertama kali buang sampah salah tekan tombol lift, sayapun masuk parkiran mobil. saya menangis pada saat itu, beruntung saat itu ada siao jie yang hendak pergi kerja, akhirnya dia mengantar aku ke lantai dasar.
Itulah pengalaman-ku pertama kali jadi TKW di Taiwan. 1 bulan berlalu saya pun dapat gaji. Sien sen memanggilku ,
“Anti, terima kasih 1 bulan ini sudah menolong kami. Ini gajimu bulan ini.”
Tak terasa butiran-butiran bening menetes di pipi.
“Sien sen, Thai thai, terima kasih.”
“Ya, sana cepat istirahat.”
Saya pun bercerita sama thai thai jika sebelumnya 2 tahun di Malaysia, saya tidak punya tabungan, karena keadaan orang tuaku yang memang pas – pasan.
Akhirnya thai – thai membantu membuka tabungan buatku di bank Taichung. Sayapun dibatasi dalam pengiriman uang serta 3 tahun tidak ada cuti.
2 tahun telah berlalu, uangku di depositkan oleh majikan dan tiap tahun baru Cina dapat hung pao yang lumayan. Kerjaku tidak ada jam istirahat dan cuti, sehingga tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya dan aku pun sudah harus pulang.
Sebenarnya saya ingin balik lagi ke Taiwan. Tapi waktu itu hanya bisa masuk lewat proses kawin kontrak dan saya tidak berani untuk masuk lewat proses ini.
Pada tanggal 8 Mei 2003, saya mesti keluar dari Taiwan, sedangkan uangku tanggal 10 Mei 2003 baru bisa diambil dari deposit. Thai-thai bilang,
“Anti, uangnya jika diambil kena potongan gimana?”
“Thai-thai, saya pulang dulu. Jika uangnya sudah bisa di ambil, tolong kirim buatku di Indo.”
“Anti kamu percaya padaku? Kamu gak takut uangmu saya ambil?”
“Thai-thai saya percaya dengan Sien sen dan thai-thai.”
Saya pun meminta dipesankan tiket ke Denpasar. Selain itu thai – thai juga belikan oleh-oleh yang cukup lumayan banyak. NT$ 10000, itulah yang saya bawa pulang, gajiku 3 tahun masih di Taichung.
Akhirnya saya tiba di Bali, aku lihat wajah bapak, ibu, kakak, keponakan.
“Mak, aku balik.” Seruku kepada ibu.
Dulu masih belum ada HP, telepon pun numpang di rumah bulek. Tanggal 10 Mei 2003, majikanku telepon,
“Anti, uangnya sudah keluar, tapi tunggu awal Juni 2003 baru saya transfer, karena nunggu bunga akhir bulan mei ya.”
“Iya thai-thai terima kasih.”
Banyak yang mengatakan, saya itu bodoh, setelah kerja uangnya di tinggal. Sayapun hanya diam, “Saya percaya dengan sebait doaku.”
Awal bulan Juni, majikanku telepon,
“Wei, Anti. Ni hao, uangmu sudah di transfer ya nanti di cek.”
“Thai-thai terima kasih.”
Waktu itu BRI Tegallimo belum online, sayapun ke BNI Banyuwangi. Setelah menunggu antrian panjang, akhirnya tiba giliranku. Saya membuka rekening uangku dan alhamdulilah uangnya sudah sampai.
“Terima kasih Tuhan, rezeki itu buatku.”
Akhirnya dengan 3 tahun jerih payahku bisa beli sawah, sepeda motor, benahi rumah orangtua, dan deposito. Tuhan benar-benar memberikan apa yang menjadi bagian dalam hidupku. Ia juga memberikan saya seorang suami di usiaku 30 tahun yang bernama Suminto Dedi Ersatz. Ia adalah teman SMA-ku, 11 tahun kami berpisah, dan akhirnya Tuhan pertemukan kami pada saat kebaktian Valentine February 2004 dan kami di karuniai seorang putri bernama Yemima Sabina Ersatz.
“Sekali lagi terima kasih Tuhan untuk segalanya dan semuanya yang telah Engkau anugrahkan pada kami.”
1 minggu kemudian saya mendapatkan surat dari majikanku, foto kopi tabungan dan bukti transfer uang.
The End