Foto ilustrasi diambil dari 123rf.
Hidup memiliki banyak kejutan. Kebahagiaan dan kesedihan seperti hanya berbatas tirai tipis saja. Kapanpun seseorang bisa merasakan tawa bahagia, namun juga tak satupun yang tahu jika kesedihan menghampiri tiba-tiba. Itulah gunanya manusia memiliki pegangan hidup. Supaya ketika ‘kejutan’ dari Tuhan datang, maka tak ada namanya keputus-asaan hidup. Apalagi yang berakhir dengan keputusan sesaat yang tidak baik.
Ketika ada yang mengatakan bahwa hidupku akan berakhir ditempat tidur, dan hanya bisa pasrah menunggu ajal, maka aku hanya mampu berdoa semoga itu memang yang terbaik buatku. Akan tetapi, saat ada yang memberiku angin segar tentang keluhan penyakitku yang tak kunjung sembuh, maka doaku pula inilah jalan yang diberikan Allah untuk menjawab doa-doa yang selama ini kupanjatkan.
********
Umurku sudah lebih setengah abad. Rambut mulai memutih dan gerak ku tak selincah dulu. Aku seorang wirausahawan sejati. Sudah lebih 30 tahun aku menekuni profesiku sebagai penjahit. Usaha pribadi yang kenyataannya mampu mengentaskan kedua anakku tercinta. Keduanya sudah berhasil menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S2, dan lalu menikah. Rumah pribadiku ada dua. Kedua anakku pun masing-masing sudah kubangunkan rumah permanen. Semua hasil kerja kerasku selama bertahunan ini.
Hasil jerih payahku selama ini, kutebus dengan masa-masa dimana setiap habis subuh sampai menjelang tengah malam aku berkutat dengan jahitan pelanggan. Rasa lelah, mengantuk, bosan, tak lagi kurasakan. Aku ingin bisa menjadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab penuh terhadap isteri dan anak-anak. Supaya mereka bisa merasakan kebahagiaan dan kebanggaan memiliki sosok suami dan ayah yang baik.
Pertengahan Tahun 2013
Selepas menjalankan kewajiban sembahyang Subuh, tiba-tiba seluruh badanku lemas sekali. Sampai-sampai aku tak bisa berdiri kembali dari tempat duduk. Sebelum memulai aktifitas sudah menjadi kebiasaan minum teh panas buatan isteri. Tetapi mengapa pagi itu aku seperti kehilangan rangka tubuh. Tubuhku lemas sekali dan pandanganku gelap. Aku tak sadar. Hal ini aku ketahui saat aku berhasil melewati masa kritis dimana anak isteriku hanya mampu menangis saja. Aku tak ingat apapun kala itu.
Sejak itu aku hanya mampu tertidur saja. Untuk urusan pribadi ke belakang saja tak mampu. Makan dan minum disuapin. Berganti baju tidak kuat. Sebagian tubuh sebelah kiri benar-benar tak mampu kugerakkan. Namun kedua mataku menangkap raut wajah dan gerak tubuh anak isteriku yang menampakkan kesedihan. Sesekali aku menangkap air mata isteriku yang tumpah. Aku tak bisa menghapus air matanya. Berkali-kali isteriku memandangku dengan tatapan sayu. Apa sebenarnya yang terjadi padaku, Ya Rabb?
Berulangkali aku diterapi oleh dokter. Meminum obat yang begitu banyak. Dan semua didampingi oleh keluarga kecilku. Berbulan-bulan kulalui hidup dengan terapi dan obat. Rasa bosan sesekali muncul. Apakah benar hidupku sudah berakhir sambil menunggu waktu dipanggilNya? Ataukah waktuku hanya tinggal sedikit dan berakhir di tempat tidur saja? Ataukah aku bisa kembali normal menjadi seorang laki-laki dan ayah yang dibanggakan keluargaku?
Awal Tahun 2014
Januari belum lama berlalu. Alhamdulillah sedikit demi sedikit tubuhku mulai bisa digerakkan. Walaupun berjalan masih tertatih. Suatu ketika aku kedatangan tamu. Ternyata tetangga desa yang rumahnya beda RW. Beliau itu teman lama yang waktu aku masih sehat sering bertandang kerumah. Entah mengapa sejak aku sakit aku tak pernah bertemu. Dan tiba-tiba kala sore dia datang bersama isterinya. `
Beberapa saat mengobrol, tak aku kira ternyata temanku itu praktisi taichi. Dia mau membantuku untuk bisa ikut latihan taichi sebagai penuntasan terapi stroke dari dokter. Minggu-minggu pertama latihan aku sudah bisa merasakan perubahan. Kaki sebelah kiri yang dulunya harus diseret kalau berjalan kini terasa ringan. Jemari tangan yang cenderung kaku sudah mulai bisa buat digerak-gerakkan. Setiap jam lima pagi kulewati latihan taichi di rumah temanku mulai membuahkan hasil.
Rata-rata orang yang menjadi temanku latihan taichi memiliki keluhan yang sama akan kesehatan tubuhnya. Ibu-ibu usai diatas empat puluh tahun kebanyakan. Dari segi usia mungkin aku paling tua. Tetapi semangat untuk bisa sehat dan pulih kembali, aku bisa bersaing dengan mereka. Aku ingin sehat. Ini nikmat rejeki yang paling kuharapkan disisa usiaku sekarang.
Sebulan persis aku cek ke dokter. Mulai tekanan darah, kadar gula, kolesterol. Dan hasilnya, subhanallah…ini keajaiban dari Allah. Semuanya normal. Orang pertama yang melihat perubahan kesehatanku menangis dan memelukku. Isteriku terlihat sangat bahagia. Hidup rasanya 1000 kali lebih panjang dari perkiraan ketika aku sakit.
Aku semakin mantap latihan tiap pagi. Tetangga-tetangga yang memiliki kasus sama sepertiku aku sarankan untuk ikut berlatih taichi. Sampai-sampai Pak Dukuh yang terkena stoke ringan dan dalam pengawasan dokter pun tertarik dan kemudian ikut latihan taichi. Betapa aku sangat berterimakasih kepada temanku itu. Karena berkat ilmu yang diajarkannya, aku berangsur normal dan pulih seperti sedia kala.
********
Rejeki yang paling besar, paling berharga dalam hidup seseorang itu bukan kelimpahan materi saja. Namun yang lebih penting dari itu ialah nikmat kesehatan yang tidak bisa terbeli dengan uang. Maka apabila kita diberikan kesehatan yang baik, rawat dan syukuri.
Allah SWT memiliki banyak cara untuk umatNya yang mau berusaha. Untuk kebahagiaan dan kesuksesan segala urusan di dunia. Dengan caraNya, asal kita yakin dan percaya, keajaiban itu akan datang. Apapun bentuknya.
Inilah sisi lain kejutan dari Tuhan, aku sehat kembali.
Diceritakan kembali oleh Enno Salsa