Foto diambil dari 123rf.com
Tahun 2003, adalah tahun dimana tenaga kerja dari Indonesia tidak diperbolehkan untuk masuk ke Taiwan. Sebut saja namaku Ani, syukur sebelumnya aku pernah finis kontrak bekerja di Taiwan.
Setelah 2 tahun aku di Indonesia, akhirnya pada tahun 2005 TKI diperbolehkan lagi untuk masuk ke Taiwan dan aku memutuskan untuk kembali mengadu nasib ke pulau Formosa ini untuk yang kedua kalinya. Singkat cerita agensiku yang dulu di Taipei menghubungiku, dan telah mencarikan majikan untukku. Agensi pun menyuruhku untuk masuk ke salah satu PJTKI yang berada di Surabaya.
Pada tanggal 24-8-2005, aku pun terbang ke Taiwan. Datang kedua kali ini aku mendapatkan nasib yang sial. Nasib yang tiada diinginkan oleh semua tenaga kerja. Aku mendapatkan pekerjaan menjaga orang tua, yaitu akong dan ama di daerah Kaohsiung. Akong dan ama mempunyai 4 anak. Semuanya perempuan. Aku tinggal dengan anaknya yang terakhir yang tidak menikah, dengan alasan mau merawat kedua orang tuanya.
Disini aku merawat akong berumur 84 tahun, tetapi masih bisa berjalan walaupun pelan. Dan ama yang berumur 82 tahun dalam keadaan strok. Dialah yang membutuhkan banyak pertolongan. Setiap hari pekerjaanku merawat dua orang tua, memasak dan bersih-bersih. Ama setiap harinya memakai pampers, karena buang air kecil/besar pun dia tidak mau bilang, kadang pernah ganti pampers sampai 10 kali sehari.
Mengenai majikanku, tutur katanya memang baik, manis mulutnya, pandai merayu, sampai-sampai membeli hatiku. Siapa sangka tidak bisa membayar gajiku?!
Tiap hari aku, berserta akong dan ama di bawa jalan-jalan ke daerah Tainan, Ping tung, Gen ting, Taicung, Tai tung . Awalnya aku pertama datang tidak ada masalah gaji. Tetapi setelah di bulan ke 7 dan 8 gajiku mulai macet cairnya. Dalam pemberian gaji terlambat, 2 bulan baru digaji 1 kali. Di bulan 9 dan 10 juga tidak di gaji dengan alasan nanti dibayar 2 bulan sekali seperti bulan kemarin. Sampai bulan 11 juga belum dibayar.
Menginjak bulan ke 12, majikan pun juga belum membayarnya. Padahal setiap bulan agensi pun datang untuk menagihnya, tetapi hasilnya nihil. Karena agensi juga tidak bisa mengatasinya, akhirnya aku pun menghubungi DEPNAKER pusat. Setelah 1 minggu berlalu, pegawai pusat konseling Kaohsiung pun datang untuk menemuiku, majikan dan agensi. Pada saat itu majikan masih menyanggupi untuk membayarnya, tetapi aku menyatakan untuk pindah majikan saja dengan alasan karena memberikan gaji tidak tepat waktunya, sering mengulur-ulur waktu, tetapi pihak agensi tetap bilang tidak boleh. Aku diminta untuk tetap berkerja disini.
Di bulan berikutnya kembali berulang, majikan menunda-nunda pembayaran gaji,1 bulan… 2 bulan… 3 bulan… Dan seterusnya sampai 8 bulan. Sebetulnya sejak 2 bulan sudah tidak digaji, aku sudah menghubungi kembali pusat konsleing untuk meminta gaji yang belum dibayar. Dan aku juga berkali-kali minta untuk pindah majikan, tetapi baik pihak agensi dan konseling pun tidak menghiraukan. Mereka selalu percaya dengan omongan manis majikan. Saking terlalu percaya dengan bujukan dan rayuan majikan, akhirnya gajiku yang tidak terbayar sudah menumpuk sampai 8 bulan.
Majikan bilang jika hari ini mau digaji, tetapi ternyata bohong. Dia berjanji minggu depan, tetapi ia kembali ingkar janji. Terus berjanji lagi minggu depan, dan ternyata bohong kembali. Pernah majikan meminta agensi dan pihak konsleing untuk datang, karena majikan ingiin melunasi gajiku. Ternyata setelah agensi dan konseling datang tepat waktu, majikan berpura-pura untuk keluar rumah mengambil uang sebentar. Ternyata ditunggu sampai 2 jam lebih majikan tidak pulang-pulang, malah No HP pun tidak diaktifkan, sehingga sulit untuk menghubungi. Dan seterusnya majikan pun sering berganti nomer, sehingga agensi dan konseling susah untuk menghubunginya, bahkan No telepon rumah pun diputus, karena kuketahui sudah beberapa bulan lalu majikan tidak mau membayar tahigan telepon rumah.
Akhir-akhir ini banyak orang yang mencari majikan untuk menagih hutang, dan majikan setiap hari pun sudah keluar rumaah dan kadang dini hari baru pulang. Sehingga agensi dan konseling sulit untuk menghubungi majikan.
Suatu hari majikan pulang pada pukul 04:00 dini hari, sehingga sampai pukul 9 pagi pun dia belum bangun. Diam-diam aku menghubungi agensi dan konseling untuk memberitahu bahwa majikan sedang ada di rumah. Akhirnya pukul 10:00 pagi, agensi dan konseling datang untuk menagih gajiku yang belum terbayar. Tetapi majikan beralasan kembali kalau belum bisa bayar sekarang. Dia berjanji untuk membayarnya dalam waktu 3 hari. Tetapi kali ini aku sudah tidak percaya lagi dengan omogan majikan, begitupula dengan agensi dan konseling. Karena ucapan majikan selalu minta waktu sehari, seminggu, sebulan dan akhirnya numpuk sampai 8 bulan. Kali ini aku benar-benar memutuskan untuk keluar rumah dari rumah majikan dan sementara untuk tinggal di kantor agensi.
Tetapi ternyata setelah 3 hari tiba, majikan juga tidak membayar gaji. Betapa sakitnya hatiku waktu itu, kenapa nasibku sangat malang, aku tidak pernah berbohong terhadap orang lain, tetapi mengapa aku selalu dibohongi oleh majikan? Kenapa agensi dan majikan selalu percaya dengan omongan majikan? Kenapa mereka menanggapi masalah tidak secepatnya? Dan kenapa sampai sekaang pun masalah ini tidak bisa teratasi? Dan sampai sekarang pun aku masih menuntut gajiku? Tetapi pusat konseling pun sudah tidak bisa mengatasi, dengan alasan majikan sekarang sudah pindah rumah, dan tidak tahu keberadaan mereka serta nomer teleponnya.
Bahkan waktu itu aku mempunyai niat untuk kabur juga, tetapi masih pikir-pikir, karena kabur adalah bukan jalur yang terbaik. Akhirnya aku pindah majkan. Di kantor agensi aku tidak lama, hanya 4 hari. Akupun dibawa agensi ke rumah majikan baru, yaitu utuk menjaga akong.
Alhamdullilah aku dapat majikan baik dan yang penting pembayaran gaji tiap bulan aktif. Bahkan kadang belum waktunya gajian pun majikan sudah memberikan terlebih dahulu. Aku berkerja disini sampai finis kontrak 3 tahun. Sebetulnya aku diminta kembali berkerja, tetapi suamiku tidak mengizinkan aku kembali ke Taiwan, dengan alasan suami ingin mempunyai anak lagi yang kedua kalinya. Majikan pun sering menghubungi aku ke Indonesia, bahkan sampai 3 kali transfer uang buat aku, dengan tujuan supaya aku kembali lagi untuk berkerja ke Taiwan.
Setelah berlalu 3 ½ tahun, aku memutuskan untuk kembali berkerja ke Taiwan dan tentunya kembali ke majikan yang sama. Tentu saja tidak ada masalah, karena majkan baik, tidak banyak aturan dan yang paling aku sukai adalah majikan telah memberi kesempatan kepadaku untuk melakukan ibadah maupun puasa. Tetapi sampai sekarang kalau ingat 8 bulan majikan tidak membayar gaji, hati rasanya ingin menangis. Tapi apa boleh buat, rezeki, jodoh dan ajal, Tuhanlah yang menentukan, manusia tidak ada yang tahu.
The End