Ketika tahun 2010, aku mulai proses masuk ke salah satu PJTKI di daerah Sunter Jakarta Utara. Prosesku untuk bekerja ke Taiwan, tidaklah mudah. Ketika pertama aku test medical gagal dan dinyatakan Unfit (tidak sehat) karena sakit paru-paru. Bersyukur pihak PJTKI mau membantu pengobatan penyakitku dan Alhamdulillah setelah test medical yang kedua kali, aku dinyatakan Fit (sehat). Itu semua karena tekadku berjuang dengan kegigihanku untuk mengobati penyakitku supaya aku bisa bekerja di Taiwan.
Kenapa aku begitu gigih dan bertekad ingin bekerja di Taiwan? Alasannya mungkin hampir sama dengan para BMI (Buruh Migran Indonesia) lainya, yaitu kesulitan ekonomi dan cita-cita ingin mensejahterakan keluarga.
Setelah beberapa bulan aku di PJTKI, akhirnya aku mendapatkan majikan dan berangkatlah aku ke Taiwan. Kenapa aku memilih bekerja ke Taiwan? Ya mungkin karena banyak teman-teman dari daerahku yang bekerja disana dan pulang dengan sukses, makanya aku ingin seperti mereka.
Di Taiwan, aku mendapat job menjaga Ama yang berumur 84tahun. Ama yang aku jaga sudah sakit-sakitan, susah berjalan, pelit, rewel dan galak. Majikanku juga lumayan baik, walaupun bahasa Taiwan ku belum begitu lancar, tapi setidaknya aku paham apa yang Ama dan majikan bilang.
Waktu terus berjalan, tidak terasa tibalah waktu finish kontrak ku. Aku pun dikasih cuti 2 minggu oleh majikanku dengan proses Direct Hiring yang diurus oleh Agency, karena majikanku tidak mau tahu urusan ini itu tentang proses Direck Hiring, dan aku juga lah yang membayarnya. Dari situ aku sudah mulai bimbang dengan sikap majikanku, karena majikan seolah-olah tidak mau rugi dengan memperkerjakanku. Tapi aku buang jauh pikiran seperti itu, karena aku punya impian yang kuat, untuk membangun sebuah rumah untuk keluargaku dan mau tidak mau aku ikuti apa kemauan majikan.
——————————————————–
Kerjaku tidak ada libur, sarapan setiap hari aku beli sendiri, setiap minggu dikurung hanya aku dan Ama di dalam rumah, karena anak dan majikan pergi pagi pulang malam entah kemana. Setiap kirim uang majikan yang mengantarkan aku ke toko Indonesia, sebenernya aku bosan, jenuh kerja tidak bisa bebas keluar rumah. Namun aku berusaha dengan sabar menjalani semua itu demi cita-cita masa depanku dan keluargaku, bagiku kerja apa saja aku mau asalkan gaji lancar dan tidak disiksa.
Setelah cuti 2 minggu, kontrak ke dua terus berjalan, dan Alhamdulillah aku sudah bisa mewujudkan impianku membangun sebuah rumah. Dalam kontrak ke dua ini, pekerjaan ku semakin repot. Ama ku semakin tua, penyakit komplikasi yang dideritanya semakin parah. Ama tambah pikun, tidak bisa berjalan, bangun atau dudukpun tidak bisa sendiri. Semuanya aku yang ngurusin dan setiap saat aku harus angkat junjung Ama yang badannya super gemuk dan berat sekali. Walaupun seperti itu, aku menjalaninya dengan sabar dan ikhlas.
Dan tak terasa tinggal beberapa bulan lagi akan berakhir kontrak kerjaku yang ke dua ini. Majikanku pun sudah bertanya sama aku, mau kerja lagi atau tidak. Sebenarnya aku ingin kembali bekerja lagi karena adiku dan anakku masih butuh biaya untuk sekolah. Namun ketika aku menjawab ingin kembali lagi, majikanku tetap memberi ku cuti 2 minggu lagi, gajiku pun turun yang tadinya NTD 21.000 menjadi NTD 17.000, dengan alasan sesuai gaji pembantu tetangga sebelah rumah. Aku kesal dan marah sekali, udah dikasih cuti 2minggu gaji turun pula. Namun aku masih sempat menawar, bilang ke Majikan aku tidak mau cuti 2 minggu aku mau cuti satu bulan. Dengan keras majikanku menjawab,
“Tidak bisa…!! Kalau kamu cuti satu bulan terlalu lama, karena saya harus bayar suster untuk gantiin kamu yang sangat mahal, sehari NTD 2000. Saya hanya mampu bayar suster 14 hari, kalau kamu tetap mau cuti satu bulan yang 16 hari, kamu yang bayar suster” kata majikan.
Aku pun terkejut dengan ucapan majikanku yang seperti itu. Bagiku itu sangat aneh dan tidak masuk akal. Masa aku yang disuruh bayar perawat sedangkan Ama bukan siapa-siapaku, kenapa harus aku yang bayar..?? Aku uang dari mana buat bayar perawat..?? Aturan darimana pembantu yang bayari perawat ibunya majikan selama aku cuti..??
Sumpah, selama 6 tahun di Taiwan, baru kali ini aku mendenger ada aturan seperti itu. Arrgghhhh…. Dari pada aku pusing males berdebat dengan majikanku, aku pun langsung bilang tidak ingin kembali bekerja lagi. Titik…!!
Dan akhirnya aku sudah memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Majikan lamaku. Aku sementara ingin istirahat dulu di kampung. Aku mending proses awal, cari majikan yang lebih baik dan yang bisa libur biar hidup tidak stres. Rasanya sudah tidak betah lagi menunggu beberapa bulan lagi dengan keputusan majikan yang seperti itu, tapi semoga saja aku bisa bersabar menghabiskan sisa kontrakku yang tinggal 4 bulan lagi… Ciayo!!!