Foto diambil dari Ubud Food Festival.
Tempe makanan mudah ditemui di Indonesia. Sebagian rakyat Indonesia menganggapnya sebagai penganan kalangan kelas bawah. Padahal, tempe memiliki kandungan protein setara dengan daging sapi. Bahkan menurut Pendiri dan Koordinator Indonesia Tempe Movement (ITM) Amadeus Driando Ahnan yang biasa dipanggil Ando, tempe lebih sehat dibanding daging sapi lantaran tidak mengandung lemak jenuh.
Ditambah tempe lebih ramah lingkungan karena proses produksinya hanya membutuhkan 10 persen dari energi yang dibutuhkan untuk memproduksi daging sapi.
Di Amerika Serikat, tempe seberat 2 ons dijual seharga US$1,99 (sekitar Rp27 ribu). Sementara satu potong steak daging sapi bisa seharga lebih dari US$7 (sekitar Rp95 ribu).
Ando menjelaskan hal tersebut ketika menjadi pembicara di Harvard Business School, Boston, Massachusetts, AS, Selasa, 7 November 2017 lalu. Ando, mahasiswa S3 Food Science di University of Massachusetts, memberikan sesi berjudul Why Would “Food for the Poor” Tempe Matter for Global Health dalam pertemuan Harvard Global Health Shared Interest Group. Ini merupakan komunitas akademisi Harvard lintas bidang yang memiliki minat mengenai kesehatan global.
Ando berbagi pengalaman ITM sebagai gerakan nonprofit dengan tujuan memberikan akses masyarakat terhadap makanan sehat, ramah lingkungan dan terjangkau. Dia juga menekankan bahwa tempe bukan hanya sekadar makanan asli Indonesia, namun membawa nilai-nilai dan kearifan lokal Indonesia.
Tempe di Indonesia mempunyai nilai budaya yang tinggi. Meski masih ada yang menganggap tempe adalah makanan orang tidak mampu, padahal merupakan solusi bagi pemerintah dalam memberikan akses makanan bergizi untuk rakyat.
Acara ini mendapat dukungan dari KBRI Washington DC. Sinergi ITM dan KBRI berlangsung sejak September 2017 dalam pelaksanaan DC Vegan Festival, yang berhasil menarik lebih dari 1.350 pengunjung untuk menikmati kelezatan Tempe. (Ol)