Foto ilustrasi diambil dari Getty image.
PMS (premenstrual syndrome) atau Sindrom Pramenstruasi (SPM) dialami hampir semua kaum hawa menjelang menstruasi. Biasanya lima hingga dua minggu sebelum haid kita mengalami berbagai perubahan fisik maupun mental. Dalam kadar tertentu, perubahan ini sangat mengganggu produktivitas kerja kita. Karena itu, mengacu pada Pelayanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris, IndosuarA mengupas apa, kenapa dan bagaimana mengatasi SPM?
SPM sebenarnya merupakan berbagai gejala fisik, mental dan perilaku yang muncul sebelum menstruasi. Gejala ini biasanya semakin terasa mendekati masa haid dan akan segera hilang saat haid datang.
Hampir semua perempuan di usia subur mengalami sindrom ini. Hanya saja perempuan berusia dua puluh hingga empat puluh tahunan adalah kelompok yang paling rawan terkena. Meski begitu, mereka yang berusia di bawah dua puluh tahun pun bisa mengalami SPM. Sementara SPM akan lebih sering dirasakan oleh perempuan yang telah memasuki masa menopause (tidak lagi mendapatkan haid).
Gejala- Gejala PMS
Terdapat lebih dari seratus tanda SPM, beberapa diantaranya digolongkan ke dalam tiga kelompok. Pertama, gejala fisik, antara lain: haus terus menerus, perut kembung, perut sakit dan tidak nyaman, sakit kepala, kulit dan rambut kusam, punggung sakit, otot-otot pegal dan nyeri, payudara keras dan sakit, limbung, kelelahan, mual, dan berat badan naik (hingga 1kg).
Kedua, gejala mental. Beberapa yang sering muncul adalah mood (suasana hati) tidak stabil, merasa kecewa dan sensitif, mudah tersinggung dan marah, depresi, mudah menangis, cemas, sulit berkonsentrasi, bingung dan mudah lupa, gelisah, dan turunnya rasa percaya diri. Gejala yang terakhir adalah perubahan perilaku, dua diantaranya adalah kehilangan gairah seks dan berubahnya selera makan. Tandanya muncul rasa ingin makan terus menerus dan sulit merasa puas. Bagi Anda yang punya asma atau migrain (sakit kepala sebelah), biasanya akan muncul berkepanjangan saat SPM terjadi.
PMDD
Beberapa perempuan merasakan SPM yang cukup mengganggu aktivitas rutinnya, bahkan sampai tidak bisa bekerja dengan normal. Hal ini kemungkinan besar karena SPM-nya termasuk tipe serius atau disebut Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Beberapa gejala yang dapat langsung kita rasakan saat mengalaminya adalah merasa putus asa, sedih yang berlarut-larut atau depresi, kemarahan dan kecemasan berlebihan, kehilangan minat atas aktivitas rutin, tidur lebih lama atau kurang dari biasanya, rasa percaya diri sangat rendah, dan sangat mudah tersinggung. Bahkan depresi pada PMDD ini bisa membuat perempuan berniat bunuh diri. Jika tidak diatasi, PMDD dapat berpengaruh buruk pada kehidupan dan hubungan sosial kita. Apabila diantara Anda ada yang mengalami gejala demikian, sebaiknya segera periksa ke dokter untuk mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasinya.
Perubahan Hormon
SPM terjadi karena perubahan tingkat hormon saat mengalami siklus menstruasi. Berbagai kandungan kimia di dalam otak, seperti serotonin juga sangat berpengaruh. Serotonin berfungsi mengatur suasana hati dan bertugas membuat kita merasa bahagia. Sehingga perempuan dengan serotonin rendah mudah terkena SPM. Faktor lain juga bisa menjadi pemicu, misalnya: kurang olahraga, berat badan berlebihan, stres dan pola makan yang buruk.
Mengatasi atau paling tidak mengurangi SPM sebenarnya tidak sulit. Bagi yang penderita PMDD, terapi hormon dan konseling dapat ditempuh. Kemudian, bagi Anda yang mengalami SPM normal, sedikit perubahan gaya hidup dapat menguranginya, antara lain: memperhatikan pola makan, rutin berolahraga, belajar cara-cara mengelola stres, serta mengkonsumsi suplemen yang mengandung magnesium, vitamin B6, dan vitamin E.