Foto ilustrasi diambil dari fotosearch.
Banyak hal yang sering kita pelajari dari melatih kesabaran saat pasien atau manula yang sebagian besar adalah orang jompo bertingkah. Salah satu dari sikap dan sifat yang perlu kita tanamkan adalah mengendalikan emosi, baik rasa jengkel, marah, merasa disepelekan, dan dicuekin atau tidak dianggap. Demikian kita dihadapan langsung dengan pasien yang tentu saja memiliki sifat dan karakter tersendiri. Perlu kita ketahui dan sadari, para jompo seperti Ama-Akong tidak lagi sehat, mereka butuh perhatian, kasih sayang, pemantauan hampir 24 jam. Kita didatangkan untuk mengetahui, memahami kondisinya dan diharapkan kita bisa menjadi sahabat terdekatnya melalui masa-masa yang mirip anak kecil ini.
Sahabat Is pasti lebih tahu, bahwa emosi merupakan kekuatan terbesar dalam hidup kita, emosi pula dapat menggerakkan kehidupan kita pada sebuah keberhasilan dan kebahagiaan, mungkin bisa malah sebaliknya. Kualitas hidup kita sendiri akan terusak oleh sikap dan pengendalian emosi yang tidak stabil. Justru dari emosi tak terkendali itulah akan lahir masalah-masalah baru yang semakin menambah berat dan beban mental kita. Jadi, ada baiknya kita tidak boleh larut dan tenggelam dalam luapan emosi amarah berlebihan.
Berikut tips sederhana untuk Anda dalam mengendalikan emosi, diantaranya:
- Sebuah Perasaan
Perasaan pada umumnya bersumber dari sebuah pikiran. Bilamana seseorang berpikiran negatif pada sesuatu, maka perasaan yang ditimbulkan pun juga cenderung ke hal negatif. Demikian sebaliknya yang terjadi, maka hal utama yang diperlukan adalah langkah tepat mengendalikan perasaan. Lebih perbanyak berprasangka baik daripada buruknya.
- Kendalikan Perasaan
“Biarkan akal yang mengendalikan perasan Anda, bukan perasaan yang mengendalikan pikiran,” demikian hal yang perlu kita ingat. Kondisi tersebut lebih ideal untuk menyelesaikan setiap masalah yang datang. Berikan kesempatan pikiran Anda untuk mengambil keputusan terbaiknya.
- Cari Cara Termudah
Anda sering mengalami suasana hati tidak nyaman, resah, ingin marah dan sebal mungkin. Cobalah keluar dari zona ketidaknyamanan tersebut dengan hal-hal positif lainnya. Emosi negatif sudah menandakan ketidakberesan pada diri Anda sendiri. Cobalah untuk mencari cahaya terang lewat berdoa, mencari sahabat terdekat untuk mengutarakan beban pikiran dengan cara curhat, dan bisa juga Anda memilih mendengarkan musik untuk menetralisir emosi yang berkecamuk.
- Bercermin (muhasabah diri)
Ketakutan kadang menghampiri perasaan yang negatif pada diri seseorang, namun bagaimanapun tetap usahakan untuk mengontrol diri sebaik mungkin. Berusaha bercermin, pikir dan berusahalah kritis menanggapinya. Misalnya: “Apakah masalah yang dihadapi sangat berbahaya? Seberapa persen?” atau “Dengan marah, apakah masalah akan terselesaikan dengan baik dan menemukan jalan keluar terbaik?”.
Bila kita berpikir sejauh itu, tentu emosi bisa dikendalikan dengan wajar.
- Yakin pada diri sendiri
Ada baiknya kita sering bertanya sekaligus menjernihkan pikiran, yakin dengan ujian/masalah dalam pekerjaan selalu menuai hikmah dan berkah. Maka muncullah semangat baru dari pertanyaan berikut ini, “Siapa bilang setiap masalah tidak ada jalan keluarnya?”, “Apakah sebuah kegagalan itu merupakan suatu kebodohan?”, dan “Siapa bilang bahwa kita bukan seorang pemaaf, sementara Tuhan saja Maha Pemaaf”. Jadi, menanamkan keyakinan positif sangat diperlukan bagi kedewasaan kita untuk menguasai hati dan pikiran.
- Menguasai diri dengan baik
Reaksi marah dengan tindakan kasar atau berbicara tidak sopan, bukan cara terbaik kita menghadapi pasien yang memang sudah mengalami sifat dan sikap mirip anak kecil. Dibutuhkan kesabaran tinggi dan kita harus mampu menguasai diri dengan baik. Situasi ini memang tidak gampang, tapi bukan berarti kita tidak bisa. Bila kita terlalu terbiasa dengan keadaan dan situasi demikian, justru memacu terbentuknya jiwa dan pribadi yang kokoh.
- Tidak terburu-buru mengambil keputusan
Tidak ada yang berhak menyalahkan tentang perasaan manusia. Manusiawi sekali bila kita diberikan oleh Tuhan sebuah perasaan marah, sedih, kecewa, dan sakit hati. Akan tetapi tetap kita sadari jangan sampai kesedihan berlanjut hingga berlarut-larut. Apalagi terlalu memvonis kesalahan ada di pihak orang lain. Sabar dan tenangkan emosi terlebih dulu, jangan memaksakan diri untuk mengambil keputusan di saat suasana hati Anda sedang tidak stabil/kacau.
- Mengubah suasana hati
“Berusaha tetap tersenyum walau hati tersakiti,” sebuah kalimat yang ‘wah’ tentunya bila kita bisa mempraktekkannya dalam keseharian kita. Kondisi tubuh yang kurang fit atau tidak sehat sangat berpengaruh mengubah suasana hati. Galau dan bete sangat andil dalam hal ini, jangan biarkan terpancing perasaan tersebut menjadikan tindakan bodoh Anda untuk mewarnai hari menjadi mendung.
- Flash Back lagi pada tujuan awal
Bila pada saat-saat marah, kesal, kecewa, dan menghadapi rewelnya pasien yang kita jaga, cobalah Anda kembali mengingat kembali tujuan awal datang ke perantauan ini. Bayangkan saat-saat indah bersama keluarga, melihat senyum dan kebahagiaan mereka. Tumbuhkan semangat bila membayangkan menggapai keberhasilan hingga selesai kontrak, hidupkan perasaan senang itu dalam diri Anda. Energi positif inilah yang akan menepiskan rasa kekecewaan tersebut. Begitulah cara untuk mengerahkan emosi menjadi energi semangat mewujudkan impian semula.
- Tanamkan pribadi yang bersyukur
Mengendalikan perasaan bukan hal berat, bila di dalam diri kita selalu tertanam pikiran positif, berprasangka baik dalam setiap keadaan. Perbanyak bersyukur atas segala yang sudah diterima, selain hati tenang, damai, perasaan pun terasa nyaman dan bahagia. Ujian apapun dilalui akan terasa lebih ringan.
- Berdoa meminta petunjuk Tuhan
Masalah akan selalu datang silih berganti menghadang kita, kembali berpikir sejenak bahwa kita tidak sendiri, ada Tuhan menyertai. Ada baiknya kita selalu meminta petunjuk terbaik untuk kesuksesan dan kelancaran setiap masalah yang dihadapi. Yakin dan percaya, bahwa Tuhan menguji umat-Nya tidak melebihi dari kemampuan umat itu sendiri. Sikapi dengan hal-hal positif yang menciptakan siklus pikiran positif pula, lalu kembali menciptakan resolusi ideal. (jay)