Menjelajah bumi Kaoshiung rasanya memang tiada habisnya. Banyak sekali tempat atau destinasi yang bisa kita datangi, untuk menghabiskan liburan atau sekedar menghilangkan penat setelah disibukkan oleh kewajiban kita sebagai pekerja.
Opera Formosa kali ini akan kembali mengajak Is Mania berkunjung ke Kaoshiung, tepatnya ke Fu Guang Shan. Salah satu komplek Buddha terbesar di Taiwan. Di Fu Guang Shan, selain digunakan sebagai tempat sembahyang bagi umat Buddha, juga terdapat museum serta lokasi-lokasi yang memang dirancang khusus untuk wisata.
Kunjungi Delapan Menara
Menikmati komplek Buddha raksasa ini rasanya tidak akan puas dengan hanya sehari, karena setiap ruangan dan lokasi mempunyai daya tarik tersendiri, yang mana hal tersebut akan menjadi magnet yang menahan langkah kita untuk tidak beranjak.
Menuju tempat ini sangatlah mudah, jika kita berasal dari luar kota Kaoshiung, kita tinggal menuju Stasiun kota Kaoshiung, kemudian naik MRT menuju Stasiun New Zouying. Atau kalau kita datang dari arah Taipei, bisa langsung naik HSR dan turun di New Zouying. Dari Stasiun New Zouying, kita bisa naik bus yang sudah tersedia di bagian depan Stasiun. Untuk lebih jelas dan aman, kita bisa bertanaya kepada petugas yang mengatur calon penumpang, antrian untuk bus ke arah Fu Guang Shan. Untuk sekali jalan, kita dikenakan biaya sebesar delapan puluh dollar saja.
Setelah perjalanan sekitar empat puluh menit dengan bus, kita akan segera sampai di pintu gerbang Fu Guang Shan. Di pelataran bagian depan, patung gajah dan harimau raksasa akan menyambut kedatangan kita. Patung-patung tersebut seperti memberikan ucapan selamat datang kepada para pegunjung, tentu saja dengan gagah!
Memasuki hall, pemandangan pertama yang akan kita temui adalah; food court. Ya, di hall utama memang di khususkan untuk food court, serta gerai-gerai kerajian dan kios oleh-oleh. Suasana hall yang seperti kebanyakan mall di tengah-tengah kota, pastinya akan membuat kita merasa tengah berada di peradaban moderen, walau sebenarnya kita sedang berada di pusat tepat ibadah kaum Buddha.
Fu Guang Shan sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, bangunan utama bernama Delapan Menara, kemudian ada bangunan Big Buddha, Gunung Selatan, Gunung Utara dan juga Museum.
Delapan menara adalah bangunan menara kembar sejumlah delapan, yang mana bangunan ini berdiri berjajar di sepanjang pintu masuk menuju Big Buddha.
Fu Guang Shan awalnya didirikan pada tahun 1967, kemudian sempat ditutup untuk umum di sekitar tahun 1997. Awal tahun 2000-an, presiden Taiwan waktu itu, Chen Shui-bian, kembali membuka komplek Fu Guang Shan untuk umum.
Begitu memasuki area Delapan Menara, kita akan dibuat berdecak kagum dengan keindahan bangunan dari delapan menara kembar tersebut. Menara-menara tersebut adalah tempat sembahyang. Antara menara satu dengan yang lainnya memiliki dewa yang berlainan.
Di sepanjang tembok yang menghubungkan antar menara, ditulis tentang sejarah bangunan, dalam Bahasa Cina serta Inggris.
Suasana khidmat akan menyambut kita, saat kita memasuki menara-menara tersebut. Untuk diperhatikan, di dalam ruangan Delapan Menara, juga ruangan-ruangan lain dalam gedung seluruh komplek Fu Guang Shan, kita dilarang untuk mengambil gambar atau memotret. Asap dupa dan bunyi-bunyi khas akan membuat kita terhipnotis untuk meresapi kehidupan ini.
Melihat Giok Buddha Terbesar
Setelah selesai dengan Delapan Menara, kita akan dihadapkan dengan pelataran yang luas, di mana pelataran tersebut merupak akses masuk menuju gedung terbesar, yaitu Big Buddha. Di gedung ini, selain museum juga merupakan rumah bagi Giok Buddha terbesar.
Banggunan enam tingkat ini akan membutuhkan waktu yang panjang untuk kita bisa selesai mengelilinginya. Berbagai macam ruangan dengan berbagai pernik khas buddha akan membuat kita selalu berdecak mengagumi keindahan karya-karya seni hebat, yang tentu saja sakral.
Puas dengan menjelajah ruangan bawah tanah dan juga museum, kita bisa naik ke lantai palin atas dari gedung, yang berfungsi sebagai rumah bagi patung Budhha terbesar. Bangunan serta patung dengan warna emas yang menyala, akan terlihat begitu indah saat terkena pantulan sinar matahari.
Oya, jangan heran kalau kita disodori bunga atau dupa oleh para biksu penjaga, di seluruh komplek Fu Gung Shan ini. tugas mereka memang membantu para pengunjung untuk berdoa di seluruh kuil yang ada di sini.
Patung-patung Buddha raksasa, keindahan bangunan, serta pemandag alam yang memukau, tentu akan menjadi harga yang pantas walau kita datang dari tempat yang jauh.
Berkunjung ke Fu Guang Shan, selain kita bisa menambah wawasan mengenai sejarah Buddha, kita juga bisa mendapat pelajaran berharga tentang makna kehidupan.
Kuliner Vegetarian
Sebelum kita pulang, jangan kewatkan untuk makan mie atau bakcang di pelataran samping dari hall utama. Makanan yang dijajakan di luar gedung ini jauh lebih murah dibandingkan tarif selangit yang dipasang di arena food court. Untuk makanan di luar gedung jangan takut terkontaminasi dengan minyak babi, karena makanan yang dijual oleh para biksu tersebut semuanya adalah vegetarian murni, jadi tidak ada unsur daging. Cukup mengeluarkan lima puluh dollar untuk semangkuk penuh bihun dan empat puluh dollar untuk satu bauh bakcang isi kacang yang masih panas.
Jangan lupa pula, bagi yang hobi dengan fotografi, tempat ini dijamin akan membuat bateri serta memori kamera kalian akan cepat habis, untuk itu, lebih baik disiapkan bateri dan memori cadangan. Selamat berlibur! (JL)