Tak dapat dipungkiri, rutinitas sehari-hari bagi mereka yang tinggal di kota besar lama-lama akan menghasilkan kebosanan. Hiruk pikuk jalanan kota serta keramaian penghuninya jadi suara bising bisa membuat tubuh lelah, belum lagi jika ditambah dengan beban kerja harian yang senantiasa menanti.
Maka kesempatan berlibur jadi satu hal yang penting untuk menjaga keseimbangan hidup. Kadang perjalanan di alam seperti gunung atau pantai jadi pilihan. Tapi jika bosan, tak salah juga untuk sesekali mencoba berlibur di Jiufen, sebuah kota tua penuh cerita di timur laut Taiwan ini. Untuk yang waktu liburnya terbatas, tak perlu khawatir karena perjalanan satu hari sudah cukup menyegarkan diri yang lelah.
Jiufen memang punya keunikan sendiri. Ia sebuah kota yang terasa tua, kadang memang menjadi salah satu destinasi wisata utama di Taiwan, tapi masih tetap ramah tanpa bising atau keramaian berlebihan yang memusingkan, terutama di hari-hari biasa. Walau tua, Jiufen ibarat seorang nenek yang elegan. Ia kota tua yang punya sejarah panjang. Awalnya Ia mulai dibangun pada jaman dinasti Qing yang berkuasa di abad 17 hingga akhir abad 19. Sebuah kota kecil yang terisolir, Jiufen mulai berubah ketika ditemukan adanya tambang emas di tahun 1893. Konon, cukup banyak tentara Inggris yang tertangkap dan dijadikan pekerja paksa sebagai penambang ketika Perang Dunia Kedua. Memang kala itu, Taiwan masih berada dalam penjajahan Jepang. Tak heran juga, jika kita pergi sekarang, jejak arsitekturnya masih cukup khas Jepang.
Ia dapat dengan mudah di tempuh melalui kereta, dimana anda bisa berhenti di stasiun Riufang kemudian disambung bus yang tak lebih dari 15 menit sudah membawa anda sampai. Jika anda dari Taipei, cukup menaiki bus nomor 1062 dari stasiun MRT Xhongxiao Fuxing dan duduk manis selama satu jam (Ssstt, satu rahasia, jika naik bus, jangan lupa duduk di sebelah kiri, karena anda dapat menikmati pemandangan laut dan juga lembah timur laut Taiwan yang menakjubkan!)
Kecantikan Jiufen segera menyambut siapapun yang menghampirinya. Jika anda datang, jangan lupa untuk berfoto di bagian pintu masuknya. Di seberang pintu masuk, terdapat hamparan kaki bukit yang penuh dengan rumah yang dibangun berundak-undak. Ketika masuk, tak jauh dari pintu masuk, terdapat sebuah museum tambang emas yang cukup informatif, tak lupa dengan patung manusia lengkap dengan pakaian dan atribut tambang. Satu titik foto yang cukup khas.
Jalanan utama Jiufen cukup lebar dan di buat dari batu-batu besar. Ketika masuk lebih dalam, sehabis menaiki sejumlah tangga batu, anda akan disambut dengan satu ciri khas Jiufen yang juga ramai menjadi objek foto: rel kereta tua lengkap dengan gerbong pengangkut. Anda bisa berfoto ria sambil menaiki gerbong hitam tersebut. Di kiri, hamparan lembah yang luas juga menambah cantik suasana. Jika ingin merasakan Jiufen dengan cukup berbeda, pergilah ketika hari cukup berkabut. Kabut yang datang dan pergi menambah tenangnya suasana. Jika matahari mulai pergi, tengok ke hamparan lembah di kiri anda: kombinasi kabut dan lampu jalanan dan rumah yang jarang-jarang membuat anda serasa berada di dunia lain, dunia yang mistis tapi tak menakutkan.
Konon, pemandangan kota tua Jiufen lah yang menjadi inspirasi sebuah film animasi terkenal Jepang, Spirited Away. Memang, jika hari berkabut, lampu-lampu di lembah yang temaram seolah roh-roh yang sedang berbaris dan berjalan rapi. Sekali lagi, cantik tapi tidak menakutkan. Cantiknya Jiufen juga membuat Ia menjadi lokasi film City of Sadness yang cukup terkenal itu. Bagi yang belum tahu, ini merupakan salah satu film pertama yang berlatar belakang peristiwa 228 (kerusuhan anti pemerintah) yang menjadi hari libur tiap tahunnya di Taiwan.
Jika sudah lelah berjalan, pastikan anda beristirahat sejenak di sejumlah kedai makanan maupun minuman ringan yang ada di sepanjang jalan. Agak menuju puncak, terdapat sebuah kedai yang menjual kembang tahu yang nikmat dan tak terlampau mahal, cukup merogoh kocek 30-50NT, anda sudah bisa menikmatinya.
Jika malam telah tiba, maka telah saatnya untuk menyusuri Jiufen Old Street yang terkenal itu. Di sini, seperti banyak pasar malam lainnya, terdapat banyak penjual makanan dan minuman. Uniknya, Jiufen Old Street ini lebih seperti sebuah gang panjang yang bisa kita telusuri. Lampion-lampion warna merah juga memenuhi sepanjang jalan. Kadang-kadang ada beberapa jalan-jalan kecil yang buntu, tapi cukup menarik menjadi tempat berfoto. Di jalanan utama ini, anda juga bisa membeli oleh-oleh khas seperti Ocarina, sebuah alat musik tiup yang asalnya dari Jepang. Desainnya beragam dan kebanyakan terbuat dari keramik warna-warni. Ukurannya bervariasi dari yang sebesar kepala hingga seukuran telapak bayi. Di ujung jalan, anda akan menemukan satu jalan yang lagi-lagi menghadap lembah. Pemandangannya juga cantik. Tak lupa, ada semacam patung beratribut pekerja tambang, lengkap dengan helm dan alat tambangnya, hanya saja, mukanya di lubangi sehingga anda bisa berfoto ria dengan muka anda dan berlagak seperti petambang emas profesional!
Karena itu, untuk anda yang ingin mencoba suasana baru di tengah hiruk pikuk kota dan kerja, tapi tak punya waktu untuk pergi jauh dan sedang bosan dengan wisata alam, tunggu apa lagi! Jiufen, kota tua yang penuh cerita, bisa menjadi salah satu alternatif. Selamat menikmati!