Ternyata sebuah hasil tangan kreatif seseorang, mampu mengubah yang sebelumnya tak memiliki nilai menjadi sesuatu yang sangat berharga. Hal yang seharusnya dibuang menjadi sampah, akhirnya bisa dijadikan sesuatu yang menghasilkan uang. Bahkan, mampu diekspor ke luar negeri.
Ulasan Isbis kali ini mungkin bisa dijadikan kisah inspiratif bagi masyarakat. Sebab pemilik usaha ini dulunya bisa dikatakan ‘modal kecil’ dan ‘hanya’ bermodalkan impian atau cita-cita saja. Namun kenyataannya, semua cita-citanya ketika itu dijawab Allah SWT dengan memberikannya jalan kemudahan dan sukses pun kini sudah didapatkannya.
Tahun 90-an tepatnya tahun 1992 ketika itu, seorang pemuda bernama Subkhan Nur Taufiq memiliki cita-cita “menjadi juragan” ( bhs Jawa : bos ). Lulus SMA tidak langsung kuliah. Vakum selama 1 tahun hanya untuk memikirkan apakah kuliah dulu ataukah mencari uang. Ia tak ingin seperti teman-temannya yang kebanyakan merantau ke kota lain menjadi buruh pabrik. Setiap hari ia melihat-lihat sekelilingnya apakah ada sesuatu yang bisa ia jadikan uang. Sampai kemudian, pilihannya jatuh pada tempurung kelapa. Keinginan laki-laki kelahiran 1971 tersebut untuk berwirausaha mendapat restu orangtuanya yang seorang PNS golongan rendah. Dengan uang Rp 17.500 ketika itu, modal pertama dari orangtua dibelikannya sebuah alat. Ketika itu yang ada dibenak beliau hanya ingin melakukan sesuatu yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi tetangga-tetangganya dan memberdayakan masyarakat. Sejak itulah Subkhan muda saat itu mulai menggeluti tempurung kelapa yang notabene merupakan salah satu limbah rumah tangga lalu dikreasikan menjadi sesuatu yang unik yang memiliki nilai jual.
Mengusung nama usahanya “Chumplung Adji Craft” dan bertempat di desa Santan Guwosari Pajangan Bantul 55751 Yogyakarta Jawa Tengah Indonesia, dimulailah usahanya. Banyak yang memandang ‘sepele’ dengan apa yang dikerjakannya. Namun tekatnya sudah bulat, ia harus jadi pengusaha. Beberapa waktu berjibaku dengan tempurung kelapa, akhirnya karya pertamanya yakni gantungan kunci atau bisa disebut souvenir jadi sudah. Pasar yang dibidik untuk ukuran pengusaha pemula ialah konsumen dalam negeri. Namun rupanya para pedagang yang jadi sasarannya kelihatan kurang berminat dengan souvenir berbahan dasar tempurung kelapa. Harga yang mereka tawarkan belum bisa menutup ‘cost’/biaya produksi.
Sejak itu pangsa pasar yang dibidik berubah. Dipilihnya konsumen luar negeri yang kebanyakan lebih menghargai barang yang bernilai seni, bukan karena bahannya. Dengan mengikuti pameran disebuah hotel berbintang, untuk pertama kalinya Bpk Subkhan mendapatkan konsumen dari Singapura. Membuat tempat sabun ketika itu orderan pertamanya. Setelahnya rasa optimis pengusaha chumplung ( istilah Jawa untuk tempurung;red) mulai meningkat.
Hingga pada tahun 2001, usaha milik bapak Subkhan mendapat kepercayaan dari Negara Jepang untuk membuat peralatan makan seperti sumpit, piring, sendok, gelas yang digunakan untuk sekali pakai. Usaha pun makin lama makin besar. Produk-produk yang dihasilkan antara lain gantungan kunci, tas, peralatan makan, alat musik, tempat sabun, tempat permen, asbak, tempat lilin, aneka bentuk souvenir pernikahan, tempat lampu, rak majalah dan sebagainya.
Harga yang dipatok pun masih sangat ramah di kantong. Kisaran harga Rp 2500 an untuk aneka gantungan kunci ataupun souvenir pernikahan sampai harga sekitar Rp 150.000 an untuk rak majalah. Adapun musim ramai biasanya sekitar bulan Juli hingga akhir tahun. Sebab biasanya permintaan buyer/pembeli yang kebanyakan orang luar meningkat karena persiapan menyambut hari Natal dan Tahun Baru. Pada musim sepi, omset yang didapat antara 4-5 juta rupiah. Sedangkan musim ramai, bisa 3-4 kontainer per bulan dan per kontainernya nilainya puluhan juta. Wow!
Perkembangan Bapak Subkhan merintis usahanya bisa dibilang cepat. Karena hanya dalam kurun 3 tahun saja sudah mampu mengekspor produk-produknya. Semua tak lepas dari keseriusan dan ketekunan pria 42 tahun tersebut mengelola usahanya. Untuk sekarang kendala yang dirasakannya menyangkut masalah bahan baku dan sumber daya manusianya yang bisa bekerja dengan tekun. Masalah bahan baku ini disebabkan karena usaha kerajinan dari tempurung kelapa harus ‘berebut’ bahan baku dengan pengusaha arang kelapa. Nah, untuk menyiasati kelangkaan bahan baku, pemilik Chumplung Adji Craft ini pada tahun 2010 an membuka usaha yang berhubungan dengan kelapa yakni usaha pembuatan minyak VCO ( Virgin Coconut Oil ), yang memanfaatkan air kelapanya. Sedangkan tempurungnya nanti digunakan sebagai bahan baku kerajinannya. Kendala mengenai SDM ataupun pengusaha hasil binaannya maupun karyawannya itu sendiri ternyata tak banyak yang sanggup menekuni pekerjaannya seperti ketika beliau merintis usaha tersebut. Kebanyakan dari mereka menginginkan pekerjaan yang instan lalu bisa menghasilkan uang yang banyak. Sedangkan usaha kerajinan ini memerlukan ketelatenan, kesabaran, keuletan, kerapian agar produk yang dihasilkannya ‘layak’ untuk dipasarkan di luar negeri.
Selain itu, masih ada masalah lagi mengenai limbah kerajinannya berupa serbuk/bubuk tempurung kelapa yang bisa mengganggu kesehatan. Walaupun seluruh karyawannya sudah mengenakan masker penutup hidung, namun masih dirasa belum maksimal untuk menangkal agar lingkungan tidak tercemar oleh serbuk/bubuk tempurung kelapa. Masalah limbah serbuk kelapa ini rupanya menarik perhatian mahasiswa UNY dan mahasiswa Singapura. Dan merekapun melakukan pendampingan pada usaha bapak Subkhan.
Melihat perkembangan usahanya yang begitu pesat, dan peminat usaha yang sejenis yang juga banyak maka perintis “Chumplung Adji Craft” yakni Bapak Subkhan Nur Taufiq pun pantas mendapatkan kepercayaan dari Deperindag untuk menjadi tutor bagi para pengusaha Yogyakarta. Kini, hampir seluruh Indonesia pelaku usaha tempurung kelapa pun bertebaran.
Apakah Anda tertarik untuk menekuni bisnis tempurung kalapa ini? Jika ya, lakukan sesegera mungkin!
Berikut Simulasi Perkiraan Usaha Kerajinan Tempurung Kelapa :
Modal Awal : Rp 20.000.000
Pendapatan per bulan:
- Omset penjualan souvenir Rp 3.000.000
- Omset penjualan produk lainnya Rp 3.000.000
Total pendapatan per bulan Rp 6.000.000
Pengeluaran per bulan :
- Biaya bahan baku Rp 1.750.000
- Biaya gaji 1 karyawan Rp 000
- Biaya listrik dan lain-lain Rp 000
Total pengeluaran per bulan Rp 3.200.000
Laba bersih :
Rp 6.000.000 – Rp 3.200.000 = Rp 2.800.000
Perkiraan BEP :
Sekitar 7 – 8 bulan
Catatan :
- Belum termasuk biaya sewa tempat usaha
- Modal awal diatas untuk estimasi usaha awal yang sederhana
- Biaya gaji disesuaikan dengan standar gaji setempat atau sesuai kebijaksanaan pemilik usaha
Motivasi Bisnis :
“Jangan pernah menyepelekan atau memandang kecil suatu hasil kreasi/produk dari bahannya. Karena bisa jadi, produk tersebut mampu menghantarkan kita menjadi seorang pengusaha sukses! Salam Usaha! Salam Isbis!”