Heni Setyorini dan Lilis Retnowati adalah dua bersaudara yang sukses membuka usaha restoran ikan bakar yang berlokasi Telaga Ngebel, Ponorogo. Pernah menjadi TKW/BMI di Taiwan, tidak membuat dua wanita bersaudara ini kalah saing dengan para pengusaha restoran yang ada di Telaga Ngebel, Ponorogo. Justru restoran yang mereka kelola mempunyai daya tarik tersendiri dengan adanya menu makanan khas Taiwan selain menu utama ikan bakar dan ikan goreng, serta menu seafood lainnya.
Lahir di sekitar tempat wisata Telaga Ngebel membuat ‘otak bisnis’ mereka aktif mencari ide usaha. Kendala yang mereka hadapi adalah modal usaha yang tidak memadai untuk mewujudkan cita-cita mereka untuk membuka usaha restoran saat itu. Dengan izin dari suami dan keluarga mereka, pada tahun 2006 keduanya memutuskan merantau ke Taiwan untuk mencari tambahan modal. Tahun 2007 berdua memulai membangun ‘Saung’ untuk restoran lesehan dua lantai ini. Pembangunan sendiri dipercayakan kepada suami keduanya, hingga tahun 2009 saat mereka pulang tempat usaha sudah tersedia.
Sang adik Lilis Retnowati mengelola restorannya setelah pulang ke Indonesia, sedangkan sang kakak memilih kembali bekerja ke Taiwan untuk menambah modal.
Lokasi yang sangat strategis yaitu di bibir Telaga Ngebel membuat restoran mereka cukup ramai pada hari Sabtu dan Minggu, serta hari libur lainnya. Meski hari-hari biasa juga banyak pengunjung. Bahkan menurut Heni, bupati Ponorogo beserta para stafnya pernah menggunakan restoran mereka untuk acara makan siang bersama. Selain itu juga perusahaan perkantoran lain pernah mengunjungi restoran mereka.
Tak hanya melayani tamu restoranyang datang untuk menikmati menu sajian restoran bernama Depot Manunggal Roso, mereka juga menerima ‘Delivery Service’ untuk mereka yang berada di kota. Tentu saja ada batas minimal pemesanan berapa porsi agar tidak rugi. Untuk di luar kota Ponorogo pesan antar yang mereka terima minimal 50 porsi.
Menikmati Keindahan Telaga Sambil Menikmati Hidangan
Indahnya Telaga Ngebel tak perlu lagi diragukan. Dengan dikelilingi rimbunnya pepohonan besar membuat kita merasa damai serta nyaman. Hilang dari bisingnya kendaraan serta kotornya udara kota oleh asap kendaraan bermotor. Di sinilah keistimewaan lain restauran-restoran yang berlokasi di sekitar telaga. Beruntung Heni dan Lilis mendapat tempat di bibir telaga, bahkan lantai satu restoran ini sudah termasuk di telaga. Lantai dua sejajar dengan jalan jadi sekilas restoran ini hanya berlantai satu. Para pengunjung memang lebih menyukai restoran dengan posisi seperti yang dimiliki Heni dan Lilis, karena bisa langsung menikmati pemandangan ke telaga. Indahnya pembandangan di seberang, dan perahu-perahu bebek yang berjalan di hamparan telaga dapat dinikmati dengan santai oleh para pengujung. Sudah tentu hal ini akan menambah selera makan para tamu restoran Heni dan Lilis.
Menu Tambahan Spesial
Bekerja di Taiwan menurut Heni, tidak melulu untuk mencari uang. Di Negeri Formosa kita bisa banyak mengambil ‘sisi lain’ selain uang. Kebudayaan, serta banyak hal lain yang bisa kita ambil, terutama makanan. Wanita yang pernah bekerja di Xindian ini selain bekerja dia benar-benar mempelajari beberapa masakan khas Taiwan yang kini menjadi menu tambahan ‘spesial’ di restorannya, yang tidak akan dijumpai di restauran-restoran yang berlokasi di Telaga Ngebel yaitu menu: nila stim, dan cah kangkung.
Kini restoran dua bersaudara ini sudah memiliki 4 karyawan dengan omset perbulan sekitar Rp 25 juta. Meski begitu Heni dan Lilis tidak lantas merasa berpuas hati dengan menu-menu yang sudah ada. Keduanya terus berinovasi menu-menu baru agar restaurannya tetap menarik. Menu-menu baru yang mereka sajikan akan menjadi daya tarik tersendiri selain menu yang sudah ada serta lokasi yang memang sangat mendukung. Rasanya modal 100 juta untuk membangun ‘Saung’ pada tahun 2007 lalu tidak sia-sia. Begitu juga kerja keras mereka di Taiwan.
Keberhasilan Heni Setyorini dan Lilis Retnowati sekiranya menjadikan motivasi bagi Ismani. Janganlah terlena di negara orang meski dengan gaji besar. “Bekerjalah sebaik mungkin agar kita disayang majikan. Selain uang, pelajarilah apa yang baik yang bisa kita bawa pulang dan kita kembangkan di negara kita, Indonesia. Dengan tekad kuat dan kerja keras kita juga bisa menjadi pengusaha. Bukan pengusaha biasa tetapi pengusaha ‘Purna TKI/BMI’ yang tangguh.” Ujar Heni Setyorini. (rf)