Foto: Karwin, Buruh Angkut Pelabuhan Sunda Kelapa (Foto:Satrio Rifqi Firmansyah). Sumber kumparan.com
Ratusan buruh angkut hidup di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta. Mereka datang dari berbagai daerah mengais rupiah.
Di antara ratusan buruh itu, seorang buruh angkut bernama Karwin (66) disebut-sebut oleh para buruh di sana sebagai buruh angkut paling tua. Seusia Karwin sepantasnya tengah bersantai di rumah menghabiskan waktu untuk keluarga. Nyatanya, Karwin justru harus membanting tulang habis-habisan di kerasnya Ibu Kota.
Karwin berasal dari Purwokerto, Jawa Tengah. Tahun 1986 mulai merantau ke Jakarta menjadi buruh angkut.
Buruh angkut menjadi pilihan Karwin lantaran ia mengaku tak memiliki satu pun keahlian. Di kampung halamannya, tak ada lapangan pekerjaan yang dirasa pas untuknya. Ia hanya bisa menyadap buah kelapa. Tapi, pekerjaan itu tak bisa menghasilkan pendapatan yang sesuai harapan.
Sampai di Jakarta 30 tahun lalu, Karwin mulai menjadi buruh angkut kayu di pelabuhan. Kayu-kayu itu berasal di Kalimantan. Namun sekarang kayu tak lagi diangkut kapal, melainkan peti kemas.
Kini, Karwin setiap harinya mengangkut barang-barang rumah tangga dan bangunan. Jumlahnya tak sembarangan, bisa mencapai 300 ton hingga 500 ton yang dikerjakan bersama kelompoknya, berjumlah sekitar 30 hingga 40 orang.
Tak jarang, pegal-pegal mulai dirasa Karwin setelah mengangkut kayu-kayu. Jamu adalah obat manjur yang setia menemaninya.
Pada suatu hari, nasib malang menghampiri Karwin. Kakinya tertimpa sebuah tabung oksigen besar yang tengah diangkut. Peristiwa nahas itu terjadi pada Januari 2017. Kaki Karwin berdarah, muncul luka cukup luas yang membekas.
Meski kakinya terluka parah, tak ada sedikit pun pengobatan yang diterima Karwin dari mandornya saat itu.
Setelah ditimpa tabung oksigen, Karwin tak bisa berjalan dengan baik. Ia pun harus rela pulang ke kampung halaman dengan membawa luka parah di kakinya. Tujuh bulan lamanya ia habiskan di rumah.
Tujuh bulan berlalu Karwin akhirnya memutuskan untuk kembali ke Sunda Kelapa. Ia menyebut kakinya sudah kembali normal. Akan tetapi, bila dilihat cara berjalan Karwin sedikit tertatih.
Pendapatan Karwin tidaklah pasti. Tapi ia bersyukur. Meski upah yang diterima Karwin masih jauh bila dibandingkan dengan UMR Jakarta yang kini berkisar Rp 3,6 juta. Paling kecil Darwin menerima Rp.50ribu. Besarnya bisa sampai seratus ribu rupiah.
Upah sebagai buruh angkut dihitung harian. Itu artinya, bila tak bekerja ia tak bisa mendapat uang. Jika cukup, Karwin pulang ke kampung halaman dengan lega. Namun, bila hanya sedikit uang yang ia kantongi, ia tak berani pulang.(Ol)