Foto konflik Suriah. Foto diambil dari viva news.
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Suriah meminta pemerintah mewaspadai WNI yang pernah terlibat konflik Suriah dan melakukan koordinasi dengan Perkumpulan Alumni Syam Indonesia (Al Syami) sebagai wadah resmi alumni PPI Suriah di tanah air.
Ketua PPI Suriah, Susilo Priyadi mengatakan, selama ini banyak yang memahami konflik di Suriah adalah konflik sektarian, padahal konflik tersebut berkaitan erat dengan berbagai kepentingan politik regional dan global. Apalagi selama ini Suriah termasuk dalam 5 besar negara dengan tingkat kriminalitas terendah.
Suriah juga dikenal dengan negara sekuler sosialis, multi etnis dan multi agama serta sekte. “ Di Suriah ada Arab, Kurdi, Armenia, Turkman dan lainnya. Untuk agama dan sekte ada Sunni, Syiah, Katolik, Ortodox Timur, Syria, Protestan Druze dan Atheis,” ujar Susilo dalam keterangan pers yang diterima IndosuarA, Jumat (30/12/2016).
Susilo menambahkan, kehidupan beragama di Suriah sangat moderat dan toleran. Selain itu, seluruh kebutuhan masyrarakat Suriah, seperti listrik, air, roti, pendidikan dan pelayanan kesehatan telah disubsudi penuh oleh pemerintah.
Sementara itu, terkait dengan konflik di Suriah, masyarakat Indonesia yang ingin memberikan bantuan ke Suriah agar menyalurkannya melalui lembaga resmi yang dikoordinasikan dengan perwakilan RI di Suriah.
“Kami juga minta Pemerintah RI harus lebih aktif dalam penyelesaian konflik di Suriah melalui jalur diplomasi di forum-forum internasional,” terang Susilo.
Seperti diketahui, konflik di Suriah terjadi sejak 2011 silam dan belum berakhir hingga kini. Ratusan ribu rakyat Suriah telah menjadi korban perang saudara yang melibatkan tentara pemerintah dan ISIS. (yw)