Foto: Kumpulan TKI yang pernah dilaporkan hilang melalui sejumlah grup Facebook. Sumber bbc.com
Mulai 14 Maret 2021 pemerintah Arab Saudi mencabut sistem kafala untuk pekerja profesional, tapi tidak termasuk pekerja domestik. Kebijakan yang muncul di tengah berita hilangnya TKI yang terus bermunculan bikin prihatin banyak pihak.
Ratusan TKI dilaporkan hilang di Arab Saudi dan negara Timur Tengah diduga disekap atau kabur di bawah sistem ‘perbudakan’ kafala. Laporan ini mencuat dari sejumlah grup di Facebook.
Salah satu yang dilaporkan hilang, Sopiah. Sebelas tahun ‘hilang’, akhirnya ia dipulangkan majikan pada Oktober 2020 karena ‘gerakan’ di media sosial itu.
Menurut Sopiah, majikannya bilang keluarga di Indonesia sudah meninggal. Ternyata majikan berusaha menahannya di Riyadh. Sopiah termasuk beruntung ketika disebut catatan Kedutaan Besar Indonesia di Riyadh akhirnya bisa pulang.
Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) menguatkan fakta. Menyebut TKI yang hilang kontak dengan keluarga ini karena disekap atau kabur dari majikan di tengah pemberlakuan sistem kafala. Meski ada juga karena kasus lain.
Sistem kafala kerap disebut sebagai perbudakan modern, yang membuat TKI terikat dengan majikan, tak bisa pindah kerja atau meninggalkan negara dengan alasan apa pun tanpa izin tertulis dari majikan. Saat sistem kafala untuk pekerja profesional diberlakukan, SBMI khawatir kebijakan itu bisa berdampak pada nasib TKI.
Dalam satu tahun terakhir, terdapat unggahan 37 laporan TKI yang hilang di Arab Saudi. Sebagian keluarga dari yang melaporkan itu diwawancara, dan sejauh ini baru tiga keluarga yang mengatakan sudah mendapat kabar dari anggota keluarganya yang hilang kontak, termasuk Sopiah.
Imas Anita adik Sopiah—yang mengunggah foto kakaknya di Facebook— mengatakan, usaha pencarian ini cukup berhasil setelah mencari di media sosial. Majikan Sopiah memulangkannya setelah mendapat laporan yang berasal dari komunitas WNI di Arab Saudi.
Seorang di antaranya yang juga hilang adalah Aini Marti. Aini pergi ke Al Syabhah, Kota Mekah sejak 2006. Rijayang Ismail (59) ibu Aini yang mencari putri satu-satunya telah mengusahakan untuk mencari anaknya melalui orang yang memberangkatkan, sampai ke dinas tenaga kerja di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Tapi tidak ada tindak lanjutnya. Rijayang bahkan sampai pergi ke dukun untuk mencari anaknya.
Sampai akhirnya, pada 2014. Rijayang mendapat telepon dari Aini di Mekah. Aini memberi kabar yang saat itu dijawab oleh ayahnya supaya Aini pulang dulu. Sesudah percakapan via telepon itu, Aini tak kunjung pulang hingga kini. Hilang kontak kembali.
Menurut laporan lembaga internasional Migrant Forum in Asia, sistem Kafala membuat para pekerja migran secara hukum terikat pada pemberi kerja atau sponsor individu/majikan (kafeel) untuk periode kontrak mereka.
Dalam praktiknya, melalui sistem Kafala, sejumlah majikan memegang penuh kendali atas pekerja rumah tangga. Menahan kelengkapan administrasi sampai membatasi penggunaan telepon, hal yang terjadi pada TKI Sopiah dan Aini.
Kasus yang sedang ditangani SBMI adalah pemulangan TKI Nur Cahyati yang tinggal di Tabuk perbatasan Arab Saudi dengan Yordania.
“Majikannya seorang polisi. Tidak bisa disentuh oleh dinas tenaga kerja,” kata Roland, pengurus SBMI Arab Saudi.
Padahal laporan Nur Cahyati sudah dilakukan sejak 2005. Sampai saat ini masih belum bisa dipulangkan.
“Yang jadi permasalahan, orang Saudi itu memiliki imunitas lokal. Jadi pihak polisi tidak bisa datang ke rumahnya, walaupun di rumah tersebut ada orang kita. Kecuali pengadilan. Untuk masuk ke pengadilan kan sulitnya minta ampun,” tambah Roland.
Namun, persoalan TKI yang hilang kontak dengan keluarga juga ditemukan SBMI lantaran kabur dari majikan, kemudian memilih berumah tangga dengan TKI lainnya.
Direktur Sistem dan Strategi Penempatan dan Pelindungan (BP2MI), Haposan Saragih mengatakan salah satu persoalan TKI yang hilang kontak di Arab Saudi memang karena majikan tak ingin memulangkan pekerjanya.
Hal ini makin menguat setelah terjadi penangguhan pengiriman TKI ke Arab Saudi untuk menjadi pekerja domestik pada 2015 silam. Kesulitan untuk mencari TKI yang hilang di Arab Saudi juga disebabkan keberangkatan mereka secara tidak prosedural.
Saat ini ratusan TKI di Arab Saudi masuk dalam daftar pencarian keluarganya di Indonesia. Mereka yang tercatat melalui laporan di media sosial di antaranya Dewi binti Musa asal Karawang, Jawa Barat, yang hilang sejak pergi ke Arab Saudi pada 2007.
Kemudian, Usmawati asal Dumai, Riau yang pergi mengadu nasib ke Thaif, Arab Saudi sejak 2004. Hingga kini nasibnya belum diketahui, sementara orang yang memberangkatkannya sudah meninggal dunia di kampung. Tasmiah dilaporkan keluarga tak ada kabar sejak 15 tahun silam setelah pergi ke Hail, Arab Saudi, Siti Rokayah binti Haji Soleh belum ada kabarnya sejak 26 tahun lalu keduanya berasal dari Karawang Jawa Barat.
Suadah binti Suryadi asal Serang, Banten, hilang jejaknya sejak 10 tahun lalu saat bekerja di Yordania. Tarpiah binti Wakid Darpan asal Cirebon, Jawa Barat, hilang 20 tahun lalu setelah berangkat ke Kuwait. Oti alias Mimin asal Purwakarta yang berangkat ke Bahrain sejak 2017, semula ada kabar lalu hilang kontak di kemudian hari.(0l)