Kerja keras dan memiliki tujuan awal yang jelas itulah semboyan yang dimiliki oleh salah seorang mantan BMI yang kini sudah mantap dengan bidang usaha yang dirintisnya sejak awal tahun 2013 lalu. Bandi Setyo Nugroho, atau yang akrab dipanggil Bandi. Pria kelahiran Karanganyar, Jateng, 35 tahun silam tersebut telah membuktikan jika kita bersungguh-sungguh dan selalu ingat tujuan awal dari usaha yang kita jalani, maka kesuksesan itu sudah menanti di depan mata.
Bukan tanpa sebab jika mengatakan apa yang didapat Bandi saat ini adalah buah dari ketekunan serta ‘jalan lurus’ yang dilakoninya tersebut. Saat ini, ayah dari satu orang putri ini sudah bisa menikmati hasil dari usaha yang dirintisnya dengan susah payah dan penuh dengan pengorbanan. Jika kita runut ke belakang, maka akan kita rasakan juga betapa usaha dan kerja keras yang dilakukan suami dari Surati, seorang guru TK adalah benar-benar usaha yang dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab akan sebuah masa depan.
Berawal Dari Menjadi BMI
Sempat bekerja selama 6 tahun setelah menamatkan pendidikan SMA, Bandi memutuskan untuk mencoba peruntungannya di luar negeri. Tepatnya tahun 2004. Bukan tanpa sebab jika dia memutuskan untuk menjadi buruh migran pada saat itu. Mendambakan masa depan yang lebih baik adalah alasan serta tujuan utama dari Bandi pada masa mudanya. Akhirnya setelah melalui beberapa proses serta tahapan, Bandi pun bisa bekerja di Taiwan, negara yang dipilihnya untuk merentas mimpi-mimpinya. Bekerja di sebuah pabrik pembuatan ban di daerah Pusin (Yangmei) ia menghabiskan waktu 3 tahun kontraknya dengan baik.
“Saya jarang sekali keluar untuk tujuan main. Kalaupun keluar itu pasti karena ada kepentingan. Namun begitu saya juga tidak meninggalkan kodrat saya sebagai makhluk sosial, saya tetap berhungan baik dengan teman-teman. Baik itu teman sesama pabrik maupun teman-teman satu komplek…” Begitu penuturan Bandi saat ditanya bagaimana dia menjalani hari-harinya ketika masih terikat kontrak kerja di Taiwan.
Setelah menamatkan 3 tahun kontrak, akhirnya Bandi pun pulang ke tanah kelahirannya. Tidak berselang berapa lama, Bandi melangsungkan pernikahan dengan wanita yang sudah dipacarinya sejak sebelum berangkat ke Taiwan tersebut. Dengan berbagai pertimbangan dan pemikiran yang matang, Bandi memutuskan untuk kembali lagi menjadi seorang BMI. Dengan niat tulus untuk masa depan, akhirnya Bandi harus rela berpisah dengan istri yang waktu itu tengah hamil muda.
Dengan segala resiko yang sudah dipikirkannya, Bandi pun terbang ke Korea Selatan pada tahun 2008. Keinginan untuk bisa mendapatkan tambahan modal, demi masa depan keluarga kecilnya, Bandi harus rela meninggalkan masa-masa indahnya sebagai pengantin baru. Bahkan ketika putrinya lahir dia hanya bisa berdoa dari jauh demi keselamatan anak dan istrinya tersebut. Bekerja selama 5 tahun di Negeri Gingseng, ia sempat cuti selama satu kali pada tahun 2010. Berkat dorongan semangat serta kekuatan dari istrinya, akhirnya Bandi bisa melewati tahun kelima di Negara yang selalu bersitegang dengan saudaranya tersebut.
Berstatus sebagai BMI selama 9 tahun bukan dijalani Bandi dengan tanpa hambatan. Banyak aral merintang yang menghambat langkah serta usahanya tersebut. Mulai dari kesedihan meninggalkan keluarga barunya, hingga beberapa kali kegagalan yang menimpa usaha rintisannya di rumah. Perlu diketahui, selama Bandi masih di luar negeri dia sudah merintis usaha di bidang peternakan. Namun karena usaha tersebut dia serahkan pada orang lain, maka dia tidak bisa sepenuhnya mengontrol usahanya tersebut secara penuh. Sempat 2 kali Bandi membuka peruntungan di bidang peternakan ayam, namun kedua-duanya harus berakhir pada kegagalan.
Belajar Dari Kegagalan
Berkaca dari kegagalan usaha yang dijalankan melalui jarak jauh tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk fokus terlebih dahulu pada pekerjaannya. Selain itu, dia juga mulai mencari serta memikirkan usaha apa yang sekiranya lebih baik dia jalankan sepulangnya dari Korea. Akhirnya tepat di awal tahun 2013 Bandi selesai dengan kontraknya di Korea. Dengan berbagai riset dan pemikiran yang jauh lebih matang, Bandi pun memutuskan untuk membangun sebuah toko mebel.
Dengan sisa tabungan selama beberapa tahun terakhir, terwujudlah sebuah toko meubel yang lumayan besar di atas tanah yang dibelinya dari hasil kerjanya tersebut. Dibantu oleh saudaranya yang terlebih dahulu telah membuka toko mebel, Bandi pelan-pelan mulai belajar mengenai seluk beluk dunia mebel. Tidak memerlukan waktu yang lama, ia sudah tahu bagaimana cara memajukan usahanya tersebut.
Berbagai penawaran yang menarik minat konsumen dia jalankan. Mulai dari pembelian melalui sistem kredit hingga sistem arisan. Hasilnya, dalam waktu yang lumayan singkat, usahanya tersebut berkembang dengan pesat. Bahkan saat ini dia sudah merencanakan untuk membangun sebuah toko baju yang letaknya tepat di sebelah toko mebelnya tersebut.
“Ikhlas. Tekun dan pantang menyerah, serta selalu mencari peluang.” Tutur Bandi saat ditanya apa resepnya bisa keluar dari situasi yang sulit. “Untuk rekan-rekan BMI di Taiwan, di mana pun berada. Ingat, pergunakan waktu Anda sebaik mungkin. Kesempatan itu tidak datang berkali-kali, jadi setiap kesempatan itu datang pada Anda, pergunakan sebaik yang Anda bisa!” Lanjut Bandi memberikan semangat kepada seluruh teman-teman BMI.
Jadi, dari apa yang telah Bandi Setyo Nugroho alami, bisa kita ambil hikmah dan pelajaran. Tekun, kerja keras, ingat tujuan awal dan pantang meyerah adalah sebagian dari keberhasilan. Selain itu, tentunya doa dan petunjuk-Nya. (JL)