Foto diambil dari BNP2TKI.
Untuk pertama kalinya BNP2TKI memfasilitasi pelatihan Upskilling Proficiency Registered Nurse untuk Sarjana Keperawatan(S-1) di Sulawesi Selatan. Program baru guna meningkatkan daya saing perawat Indonesia di dunia internasional. Pelatihan upskilling ini terlaksana berdasarkan kerjasama antara BNP2TKI, BP3TKI dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA), Poltekkes Kemenkes RI di Makassar, Pemrov Sulsel, serta STIKES se-Sulawesi Selatan.
Selama ini perawat dari Indonesia ada di level Diploma. Timur Tengah justru telah melakukan moratorium penerimaan di level tersebut. Untuk itu dilakukan pelatihan sertifikasi perawat Registered Nurse sebagai tanda telah mengikuti uji profiency Registered Nurse (RN). Demikian kata Deputi Kerjasama Luar Negeri dan Promosi BNP2TKI drg. Elia Rosalina Sunito, MARS, MKK ketika menutup pelatihan itu di Hotel Quality Makassar, Kamis, 29 Desember 2016 lalu.
Pelatihan Upskilling diikuti 30 sarjana keperawatan dimulai 29 November hingga 29 Desember 2016. Selama 90 hari penuh tanpa libur, peserta mengikuti proses pembelajaran selama 300 jam pelajaran dari jam 08.00 pagi hingga jam 21.00 di gedung Lembaga Mutu Pendidikan (LMP) di jalan A.P.Pettarani, Makassar.
Pilihan ke Timur Tengah memang lebih mungkin dicapai dibanding negara-negara lain karena persyaratan tidak terlalu sulit. Yang umum lulusan sarjana keperawatan, pengalaman kerja minimal dua tahun, lulusan program Nurse yang diakui, satu pengalaman kerja, bahasa Inggris dengan tingkat percakapan sehari-hari. Diutamakan mempunyai sertikat RN atau lulus ujian RN versi SCHS Prometric atau HAAD RN.
Program Upskilling Profiensi RN, Licensed Practical Nurse (LPN) merupakan unggulan BNP2TKI, karena didasari kebijakan Kepala BNP2TKI Nusron Wahid yang menargetkan menghentikan pengiriman Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) pada 2017, hingga lebih berorientasi pada pengiriman tenaga profesional pada level yang lebih tinggi.
Pada Upskilling kali ini, sebenarnya untuk LPN, tetapi karena pesertanya S-1 plus Nurse, maka ditambahkan IPTEK tentang Profiensi Registered Nurse agar gaji mereka saat bekerja di luar negeri lebih besar.
Dari 30 pserta yang dites melalui uji kompetensi LPN dengan standar Nilai Batas Lulus (NBL) 50, yang lulus berjumlah 19 orang atau 63,3%. Sedangkan untuk uji Profiensi RN dengan standar NCLEX-RN yang menggunakan NBL 80 belum ada yang lulus. Adapun dengan standar uji NCLEX dengan standar uji SCHS Prometric dengan memakai NBL 60, maka ada empat orang yang lulus dengan skor tertinggi 66,5. Mereka yang lulus ini diarahkan untuk penempatan di Timur Tengah dengan skema P to P. Mendaftar melalui BP3TKI dan jejaringnya, atau PPTKIS yang terdaftar di BNP2TKI yang bisa dilihat di website BNP2TKI. (ol)