Foto: ilustrasi tiket kepulangan TKI asal Aceh. Sumber tribunnews.com
Ratusan warga Aceh yang merantau di Malaysia diperkirakan masih dikurung pemerintah setempat di sejumlah shelter atau tempat penampungan khusus bagi pendatang ilegal atau tidak memiliki paspor serta perantau yang masa berlaku paspornya sudah berakhir.
Disebutkan, kehidupan mereka di shelter lebih parah daripada penjara. Mereka juga tidak ada kejelasan kapan akan dipulangkan ke daerah asalnya masing-masing.
Informasi ini diperoleh dari senator atau anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Aceh, H Sudirman alias Haji Uma, yang sebelumnya berhasil membawa pulang seorang TKI asal Aceh yang pernah dikurung di salah satu tempat penampungan kawasan Negeri Sembilan, Malaysia, Sabtu (28/4). TKI itu adalah Muhammad Afzal (18 tahun), warga Peusangan, Kabupaten Bireuen.
Afzal tiba di kediamannya Kamis (26/4) malam. Ia sempat menjalani penahanan oleh petugas imigrasi Malaysia dalam penjara dan shelter, usai ditangkap pada 21 September 2017 silam. Berkat bantuan sejumlah pihak yang difasilitasi Haji Uma, kini pria muda tersebut sudah bisa berkumpul kembali bersama keluarganya di Bireuen.
Informasi disampaikan Afzal, masih banyak warga Aceh yang mengalami nasib serupa di tempat penampungan khusus itu dengan kondisi sangat menyedihkan. Mereka tidak diperkenankan untuk keluar dari dalam bangunan yang berdinding beton, dan berlantai semen, bahkan ada juga yang cuma berlantai papan.
Dalam ruangan tersebut, hanya disediakan satu sumur untuk ratusan TKI dari berbagai negara. Mereka hanya bisa mandi pada waktu ketika tidak ada yang menggunakan air. Untuk makan, hanya pada siang dan sore saja yang diberikan nasi dalam porsi kecil. Lalu pada pagi hanya diberikan dua roti saja.
Perantau ini tidur beralaskan lantai semen atau kayu, dengan satu pasang pakaian. Karena cuma ada satu pasang, mereka ketika mencuci pakaian harus bergantian, misalnya, saat mencuci celana, mereka menggunakan baju untuk menutup badan, atau sebaliknya.
Selama di tempat tersebut, mereka hampir tak pernah melihat matahari, sebab tak diizinkan keluar. Banyak warga sudah sakit-sakitan di tempat tersebut.
Shelter atau tempat penampungan khusus itu bukan cuma satu, tapi cukup banyak di ‘Negara Jiran’ tersebut. Info dari Afzal, selain di Negeri Sembilan, shelter yang menampung TKI asal Aceh juga ada di Malaka, Johor Baru, Kuala Lumpur, Selangor, Pahang, Kelantan, Kedah, Trengganu, Perak, Perlis, serta Pulau Penang.
Mereka tak bisa menghubungi pihak keluarga karena tak ada alat komunikasi. Padahal mereka baru diizinkan pulang, jika ada pihak keluarga yang menjemputnya. Jika tidak, mereka akan terus berada di tempat tersebut, tanpa diketahui kapan akan dipulangkan.
Setelah Afzal sampai di rumah, langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis. Sebab, selama berada di tempat penampungan, ia mengaku mengalami gatal-gatal, disebabkan mengonsumsi makanan kurang layak, juga akibat jarang bisa mandi. Selama dikurung di shelter, tak pernah melihat matahari. Padahal penjara saja orang masih bisa menikmati cahaya matahari pagi. Tapi, tempat tersebut angin saja seperti susah masuk, karena kiri dan kanan beton.
Dengan pemberitaan informasi ini semoga pemerintah Indonesia dan pihak terkait segera menelusuri demi menyelamatkan mereka yang juga warga negara Indonesia. Jangan sampai mereka pulang tinggal nama. (Ol)