Evakuasi korban kapal tenggelam di Batam. Foto diambil dari Sindonews.
Tenggelamnya kapal pengangkut Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Perairan Tanjung Bemban Batam yang merenggut belasan nyawa menyisakan banyak cerita. Berbagai alasan yang mendasari TKI di Malaysia itu harus pulang ke kampung halaman melalui jalur ilegal. TKI yang selamat dari tenggelamnya kapal di Perairan Tanjung Bemban mengaku sempat disiksa dan dicambuk sebelum naik ke kapal.
Namun untuk bisa mencapai jalur ilegal itu ternyata juga tidak mudah, para TKI tak hanya harus mengeluarkan biaya mahal untuk bisa pulang. Tapi juga harus menerima berbagai siksaan dari para tekong yang akan membawanya ke tanah air.
“Sebelum menaiki kapal itu, mereka disiksa dan cambuk, saudara kita ini juga harus menyeberang sampai ke tengah laut untuk naik kapal,” kata Kapolda Kepri Brigjen Pol Sam Budigusdian saat memaparkan kronologis kejadian di RS Bhayangkara Polda Kepri, Kamis (3/11/2016) sebagaimana dikutip dari Sindonews.com.
Sam mengatakan, untuk keluar dari Malaysia para TKI harus menempuh jalan darat dengan berjalan kaki 10 jam menuju Pelabuhan Tembikai Malaysia. Di pelabuhan tesebut menurutnya ternyata sudah ada camp atau tempat untuk menampung para TKI ilegal tersebut yang hendak pulang.
Awal kejadian kapal nahas tersebut sebagaimana sudah diberitakan dijelaskan bahwa kapal dipesan oleh S di Malaysia kepada Anak Buah Kapal (ABK) H di Batam. Selanjutnya kapal berangkat dari Batam menuju Malaysia pukul 24.00 WIB dan tiba ditujuan sekitar pukul 02.00 WIB. Kapal menunggu di tengah laut, jadi para TKI yang hendak pulang ini kita harus berjalan ke laut dengan kedalaman sepinggang orang dewasa.
Setelah semua penumpang naik kapal kemudian langsung berangkat menuju Batam. Rabu (2/11/2016) pukul 07.00, kapal jenis speedboat mengangkut 93 TKI dan empat anak, serta tiga anak buah kapal dari Johor. Ditengah perjalanan menurut Sam terjadi keributan karena ABK kembali memungut bayaran kepada TKI. Karena kapal kecil dan muatannya penuh sehingga membuat kapal oleng dan langsung terbalik saat dihantam ombak. Hujan lebat dan angin kencang, menyebabkan kapal tenggelam di perairan Nongsa, Kota Batam.
Sam mengungkapkan untuk menindaklanjuti persoalan ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait, baik penanganan bagi korban yang selamat ataupun yang sudah meninggal. Pemerintah Indonesia juga sudah koordinasi dengan Pemerintah Malaysia. Kamis kemarin Kepolisian malaysia dijadwalkan ke batam.
Sementara itu Kemenaker bersama Dinas Ketenagakerjaan Batam dan beberapa Dinas Ketenagakerjaan tempat TKI berasal, terus melakukan pendataan dan melakukan proses pengiriman korban. Tim SAR gabungan dari berbagai instansi berhasil menemukan 18 korban meninggal dunia. Sebanyak 39 korban yang selamat masih mendapatkan perawatan di RS Bhayangkara Batam. Sementara, korban yang belum ditemukan terus dicari Tim SAR Gabungan Lanal Batam, Polres Barelang, dan Kantor SAR Batam. (ol)