Foto Waras dan teman satu angkatan UT sumber dari BBC Indonesia.
Salah satu TKI yang menamatkan pendidikan S1 di Korea Selatan, namanya Waras. Selama 20 tahun warga Trenggalek, Jawa Timur, ini bekerja sebagai pekerja migran di pabrik onderdil, Korea Selatan.
Minggu lalu Waras diwisuda sebagai sarjana manajemen, bersama 10 pekerja migran lain yang menamatkan kuliah di Universitas Terbuka (UT) kelompok belajar Korea Selatan.
Waras masuk UT umur 40 tahun, hingga wisuda tahun ini usia 44 tahun. Sementara mahasiswa lain rata-rata umurnya di bawah 25 tahun. Waras berangkat ke Korea Selatan sebagai TKI berbekal ijazah SMEA Islam Durenan, Trenggalek.
Diceritakan Waras kepada BBC Indonesia, mulai kenal sekolah, dia memang suka dengan pendidikan. Ketika kecil Waras hidup di musala dan masjid, karena ingin mendapat ilmu pengetahuan. Tapi karena orang tua dan biaya, Waras berhenti sekolah. Meski demikian Waras mengaku tidak putus asa.
Setelah tiga kali memperpanjang kontrak kerja di Korea Selatan, pada 2011 Waras siap pulang ke Indonesia, bertepatan dengan tuntasnya masa kerja. Namun ia mencium peluang lain ketika dibuka UT kelas belajar Korea Selatan. Waras bisa bergelar sarjana dengan kuliah sistem tutor seminggu sekali. Rencana pulang pun ditunda.
Menjalani kuliah seminggu sekali kedengarannya enteng, tapi tidak demikian bagi Waras yang harus bekerja hingga 12 jam kerja di sebuah pabrik.
Waras bercerita, situasi terberat dialaminya saat dapat giliran shift malam dan harus bergegas ke kampus begitu jam kerja berakhir.
Kerja dimulai pukul 20.00 sampai pukul 08.00 pada keesokan harinya. Waras mengusahakan istirahat total satu jam 30 menit di jam istirahat. Pulang kerja langsung berangkat ke kampus perjalanan naik bus dan kereta listrik bawah tanah selama 2 jam.
Sepanjang perjalanan Waras menggunakannya untuk tidur satu jam. Hingga sampai kampus pukul 10. Perkuliahan baru berakhir pukul 17.00, kemudian roda hidup Waras berputar lagi untuk bersiap masuk kerja pukul 20.00.
Berdasar para niat dan tekad kuat, meskipun waktu sedikit, Waras menggunakannya dengan baik dengan biaya sendiri dari yang gaji.
Waras bilang ijazah nya bukan untuk mencari kerja. Persepsi nya tidak begitu. Tapi ilmu yang Waras cari dan ia justru memanfaatkan ilmunya untuk menciptakan lapangan kerja.
Waras ingin melanjutkan tradisi kuliner nenek moyangnya yang kini sudah tenggelam. Tahun 1960-1990 usaha nenek Waras memang maju pesat. Tiap kali dengar nama neneknya, orang dari daerah Waras pasti kenal. Sayang sampai sekarang anak-cucunya tidak ada yang meneruskan. Waras pikir, mungkin ini kesempatan nya untuk mengembangkan lagi usaha kuliner tersebut. Dengan usaha kuliner, Waras bisa merekrut tenaga kerja.
Dan Waras berencana bukan merekrut pekerja berpendidikan tinggi tapi merekrut orang yang putus sekolah, karena justru yang di bawah banyak yang membutuhkan. (Ol)