Foto diambil dari Central News Agency.
Seorang pejabat perwakilan dari Kementerian Luar Negeri di Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei menghimbau para WNI untuk meminta bantuan jika mereka mengalami pelecehan atau eksploitasi.
Fajar Nuradi, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Departemen Sosial Kebudayaan di KDEI, mengatakan kepada media lokal CNA bahwa setiap masalah yang dihadapi WNI di Taiwan harus memberi tahu dan melaporkan kepada perwakilan KDEI.
Nuradi mengatakan bahwa minggu lalu dia bertemu dengan siswa Indonesia yang belajar di Chienkuo Technology University di Kabupaten Changhua yang diduga dipaksa bekerja dengan jam kerja berlebihan dan paspor mereka disita oleh seorang agensi tenaga kerja.
Pelaporan tersebut diterima pada bulan Mei dan ia membantu siswa mengumpulkan informasi dan melaporkan kasus tersebut ke Kementerian Pendidikan (MOE). Semenjak pelaporan tersebut, MOE menyerahkannya ke jaksa.
Fajar Nuradi juga menyebutkan kasus-kasus lain yang dilaporkan di media internasional di mana universitas-universitas Taiwan telah merekrut siswa melalui agensi untuk belajar pada program kolaborasi industri-akademi New Southbound industri-Taiwan ternyata kemudian membuat mereka bekerja di pabrik-pabrik.
Menyusul tuduhan semacam itu, yang melibatkan ratusan mahasiswa Indonesia, Fajar mengatakan dia mencapai kesepakatan dengan MOE Taiwan bulan lalu untuk berhenti menerima mahasiswa Indonesia ke dalam program akademi industri.
Hsieh Li-chun (謝麗君), kepala seksi di Departemen Teknologi dan Pendidikan Kejuruan MOE, mengatakan bahwa pemerintah Indonesia percaya bahwa lulusan sekolah menengah berusia 18 tahun masih muda dan mungkin merasa sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan dan budaya di Taiwan.
Pada tanggal 2 Juli, 6.085 siswa terdaftar dalam program ini, termasuk 1.951 dari Indonesia, kata Hsieh.
Sementara itu, sejak awal tahun akademik 2018, sebuah program percobaan telah dimulai untuk siswa Indonesia dengan ijazah diploma atau mereka yang telah menyelesaikan program studi dua atau tiga tahun di universitas atau perguruan tinggi di Indonesia untuk mendaftar pada program khusus di perguruan tinggi di Taiwan, katanya.
Para siswa berusia di atas 20 tahun dan harus dapat beradaptasi lebih baik, tambahnya.
Fajar Nuradi menyebut program itu sebagai dua plus “i”
“Arti dari program ‘dua plus i’ adalah bahwa siswa belajar selama dua tahun untuk mencapai gelar sarjana, sedangkan ‘i’ adalah singkatan dari magang, di mana mereka mendapatkan uang untuk biaya kuliah dan biaya hidup. Kami telah bertemu dengan 88 siswa, mereka baik-baik saja dan bahagia, dan kami akan terus memantau mereka,” katanya. Program tersebut saat ini memiliki 88 siswa.