Foto diambil dari TribunNews.
Potongan tubuh manusia kembali ditemukan di lokasi tempat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY-182. Penemuan pertama ditemukan total ada 3 kantong berisikan potongan tubuh yang diduga korban.
Seperti yang dilansir dari Tribun News, penemuan hari ini (11 Januari) pukul 09.00 WIB satu kantong berisikan potongan lengan yang ditemukan dari dasar laut kepulauan seribu. Yang kedua, pada pukul 09.39 WIB telah ditemukan lagi dua kantong di antaranya ada yang satu kantong bagian tubuh, yang satu kantong itu bagian kaki, yang satunya juga isi dalam perut.
Diberitakan sebelumnya, Tim gabungan Basarnas dan relawan penyelam melakukan pencarian korban pesawat Sriwijaya Air SJY-182 yang hilang terjatuh di sekitar pantai Kepulauan Laki dan Lancar kepulauan seribu pada Sabtu (9/1/2021). Para penyelam menyusuri kedalaman laut sekitar 18 meter untuk mencari korban dan puing-puing. Penyelaman akan dilakukan secara beregu dan bergantian.
Penemuan terakhir sekitar pukul 12.25 WIB pada hari ini (11 Januari) ditemukan satu bagian tubuh. Penemuan ini menjadikan total kantong jenazah yang dikumpulkan Basarnas pada hari ini berjumlah 7 kantong.
Seperti yang dilansir dari Kompas, berikut fakta-fakta kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJY-182.
Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 dijadwalkan terbang dari Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 13.25 WIB. Namun, pesawat mengalami penundaan terbang (delay) dan baru mengudara pukul 14.36 WIB dengan pertimbangan cuaca.
Dalam penerbangan ini, pesawat mengangkut 43 penumpang dewasa, 7 penumpang anak, 3 penumpang bayi, dan 12 kru. Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak empat menit setelah lepas landas, pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB.
Sebelum dinyatakan hilang kontak, pilot sempat meminta naik ke ketinggian 29.000 kaki. Namun sesaat dinyatakan hilang hanya dalam hitungan detik. Pada pukul 14.40 WIB, menara pengatur lalu lintas penerbangan (ATC) Jakarta melihat arah penerbangan pesawat bukan 0,75 derajat seperti seharusnya bila menuju Pontianak.
Berdasarkan data FlightRadar24, pesawat hilang kontak sekitar empat menit setelah lepas landas. Penurunan ketinggian pesawat dari posisi jelajah hingga hilang dari radar terpantau sekitar setengah menit saja.
Pesawat yang digunakan dalam penerbangan ini ditenagai dua mesin CFM56-3C1 milik CFMI, perusahaan milik Safran Aircraft Engine dari Perancis dan GE Aviation dari Amerika Serikat. Pesawat bukanlah tipe Boeing next generation, atau masih dari keluarga Boeing klasik.
Namun kondisi pesawat masih sangat layak dan dipakai oleh banyak maskapai hingga hari ini. Pesawat Boeing 737-500 yang digunakan pada penerbangan ini, terbang perdana pada 13 Mei 1994, dengan kapasitas maksimal 112 penumpang.