Foto diambil dari Pixabay.
Dua pekerja migran dari negara Asia Tenggara yang tinggal di Kaohsiung, dilaporkan terinfeksi demam chikungunya, penyakit virus nyamuk, oleh Departemen Kesehatan Kaohsiung.
Salah satu dari dua pasien adalah seorang wanita berusia 28 tahun dari Filipina tinggal di Kabupaten Nanzi yang baru saja kembali dari kampung halamannya di Filipina untuk cuti pada akhir Maret.
Dia mulai merasakan demam, nyeri sendi dan nyeri otot pada tanggal 4 April, dan didiagnosis pada hari Sabtu bahwa ia terjangkit chikungunya.
Pasien kedua adalah seorang pria dari Indonesia, berusia 22, yang jatuh sakit demam Kamis lalu setelah terbang kembali ke Taiwan dari kampung halamannya. Setelah tes darah, ia diidentifikasi terkena chikungunya.
Pembersihan guna pencegahan perkembangbiakan virus tersebut sudah dilakukan di tempat pasien tersebut tinggal dan pemeriksaan rutin juga sedang dilakukan.
Chikungunya pertama kali mewabah di Tanzania selatan pada tahun 1952. Nama ini berasal dari sebuah kata dalam bahasa Kimakonde, yang berarti “menjadi berkerut” dan digambarkan dengan penampilan seorang penderita yang bungkuk karena nyeri sendi (arthralgia).
Menurut Centers for Disease Control (CDC) atau Badan Pengawasan Penyakit mengatakan bahwa penyakit menular tersebut disebabkan oleh virus chikungunya, yang disebarkan dua jenis nyamuk, Aedes albopictus dan Aedes aegypti, spesies yang sama penyebab penyakit demam berdarah dan virus Zika.
Gejala Chikungunya sendiri ditandai dengan demam mendadak disertai dengan nyeri sendi, dan tanda-tanda umum serta gejala lain termasuk nyeri otot, sakit kepala, mual, kelelahan dan ruam.
Masa inkubasi tiga sampai tujuh hari. Kebanyakan pasien sembuh sepenuhnya, namun dalam beberapa kasus, nyeri sendi dapat bertahan selama beberapa minggu atau bulan. Sejauh ini, tidak ada obat untuk penyakit ini, dan pengobatan difokuskan pada menghilangkan gejalanya saja.
Seperti yang diberitakan CNA, data CDC menunjukkan bahwa sejak chikungunya diakui sebagai penyakit menular seperti demam berdarah di Taiwan pada tahun 2007, sebanyak 99 kasus yang dikonfirmasi telah dicatat, semua diimpor. Sebagian besar penyakit tersebut berasal dari negara-negara Asia Tenggara.