Foto diambil dari CNA.
Seorang fotografer asal Indonesia, yang lahir tanpa lengan, menjadi salah satu penerima Penghargaan Love of Lives Award yang ke-22 di sebuah acara yang akan diadakan di Taichung pada hari Selasa (23/09).
Penghargaan tahunan ini diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Chou Ta-Kuan untuk menghormati individu dari seluruh dunia yang telah direkomendasikan karena keberanian mereka dalam menghadapi kesulitan, berkorban, mengatasi keterbatasan, atau kontribusi mereka kepada masyarakat.
Meskipun terlahir tanpa lengan, Rusidah Badawi yang berusia 51 tahun mengatakan kepada CNA bahwa dia sering berkata kepada orang-orang “Anda harus berjuang 99 persen sendiri untuk berhasil dan mengandalkan 1 persen pada orang lain.”
Perempuan yang lahir pada tahun 1968 di sebuah desa terpencil di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Rusidah tidak bersekolah sampai ia berusia hampir sembilan tahun.
Dia lulus dari sekolah dasar pada tahun 1983 dan menyelesaikan ranking 10 dari 120 siswa untuk masuk ke SMP Bayan Purworejo.
Pada 1984, ia pindah ke SMP Nasional Purworejo tetapi harus tinggal di Panti Asuhan Purworejo Wiloso Muda Mudi (PAWMM) selama lima tahun. Setelah SMA, ia mengikuti kursus fotografi di sekolah kejuruan Soeharso Surakarta di Solo karena ia terinspirasi melihat seorang teman dengan hanya satu tangan mencari nafkah sebagai fotografer freelance.
Ia pun mendaftar pada kursus pelatihan keterampilan fotografi pada tahun 1991, yang ia selesaikan pada tahun 1992, dan kembali ke rumah dengan sertifikat fotografi.
Setelah kembali ke Purworejo, Rusidah menjadi fotografer lepas dan menggunakan kamera yang dimodifikasi khusus dengan sekrup pada tombol rana, untuk memudahkan pengoperasian.
Rusidah sering diundang untuk mengambil foto di pernikahan atau acara lainnya, dan secara bertahap mendapatkan popularitas di seluruh Indonesia.
Chou Chin-hua (周進華), ketua yayasan mengatakan kepada CNA bahwa fotografi Rusidah membantu orang lain dengan memberi contoh dan memotivasi orang-orang cacat lainnya untuk tidak menyerah dan memiliki keberanian untuk belajar.
“Karena pekerjaannya, kami telah mengundangnya untuk berbicara kepada orang-orang di Taiwan yang sedang mengalami masa-masa sulit, seperti perawatan medis, untuk memotivasi mereka untuk mengatasi rintangan,” katanya.
Rusidah adalah satu dari 20 orang yang akan menerima Penghargaan di Taiching, sebuah acara yang juga akan dihadiri oleh mantan Presiden Ma Ying-jeou (馬英九) dan mantan Wakil Presiden Annette Lu (呂秀蓮).
Penghargaan tersebut didirikan oleh orang tua Chou Ta-kuan (周 大觀), yang meninggal karena kanker pada tahun 1997, untuk memperingati cinta putra mereka akan kehidupan dan semangat yang kuat, sambil mendorong orang lain untuk menghargai kehidupan.
Rusidah Badawi (kanan) dan Chou Chin-hua (周進華).