Foto diambil dari CNA.
Sebuah organisasi ketenagakerjaan Global Workers’ Organization yang dikhususkan untuk melayani para pekerja asing meminta pekerja migran untuk mendokumentasikan kehidupan kerja mereka dengan ponsel sebagai strategi untuk perlindungan diri.
Karen Hsu (徐瑞希), kepala Organisasi Pekerja Global, Taiwan (GWO) mengadakan pertemuan di Jakarta, Indonesia pada hari Sabtu lalu membahas mengenai permasalahan buruh migran. Perwakilan dari kelompok pekerja migran Indonesia menghadiri acara tersebut untuk berdiskusi mengenai situasi tenaga kerja Indonesia di Taiwan dan masalah yang mereka hadapi.
GWO mendorong para pekerja migran untuk mengabadikan cerita mereka sendiri dengan merekam video-kamera atau ponsel. Bila perlu, video rekaman tersebut harus mendapat perlindungan, kata Hsu.
Dia menyebutkan kasus terbaru mengenai pemerkosaan TKI yang telah diserang secara seksual oleh majikan Taiwannya. Tindakan korban diam-diam merekam prosesnya diserang membantu sebagai bukti kejahatan, yang menyebabkan polisi setempat untuk ikut campur tangan dan menawarkan perlindungan.
Meskipun ia percaya itu harus menjadi keputusan yang menyakitkan dengan merekam dirinya saat diserang secara seksual, video seperti itu dapat menjadi cara untuk melawan terhadap penganiayaan, kata Hsu.
Menurut Hsu, ada hampir sebanyak 800.000 imigran dan pekerja migran dari negara-negara Asia Tenggara di Taiwan, termasuk 170.000 pekerja Indonesia sebagai care taker yang bekerja di Taiwan saat ini. Para care taker yang mengurus orang tua dan orang-orang yang cacat secara fisik atau mental ini membuat kontribusi yang besar kepada masyarakat Taiwan, jadi perlu perlindungan, kata Hsu.