Foto diambil dari UDN.
Pasca merebaknya epidemi, faktor-faktor seperti pembatasan larangan pekerja migran di Indonesia untuk datang ke Taiwan dan kenaikan biaya perekrutan telah menyebabkan kekurangan besar pekerja migran di Taiwan. Kementerian Tenaga Kerja mengunjungi Komite Perlindungan Kesehatan dan Lingkungan Legislatif Yuan kemarin untuk membuat laporan. Legislator Su Qiaohui mempertanyakan lonjakan baru-baru ini dalam menjadikan pekerja perawatan sektor rumah tangga yang berpindah menjadi pekerja pabrik dan meminta Kementerian Tenaga Kerja untuk mengambil tindakan pencegahan.
Menteri Tenaga Kerja mengatakan bahwa baru-baru ini ditemukan beberapa pekerja migran telah memaksa majikan mereka untuk menyetujui perpindahan dengan melakukan sabotase. Kementerian Tenaga Kerja telah mulai mempelajari dan mengusulkan untuk membatasi pemindahan pekerja perawatan sektor rumah tangga dan masih memprioritaskan ke pekerja perawatan.
Tahun lalu hanya ada 287 pekerja keluarga asing yang dipindahkan ke pabrik, tetapi tahun ini jumlahnya melonjak menjadi empat atau lima kali lipat. Data kementerian Tenaga Kerja menyatakan bahwa dari Januari hingga Maret tahun ini, jumlah total pekerja perawatan rumahan yang dipindahkan ke pabrik mencapai 1023. Diperkirakan pandemi telah mempengaruhi kekurangan pekerja di industri dan kondisi gaji pekerja pabrik relatif baik.
Menteri Tenaga Kerja mengatakan, bagi pekerja migran untuk berpindah industri, undang-undang dan peraturan tidak diperbolehkan. Hanya jika pekerja migran menderita cedera diri atau majikan baru memegang izin perekrutan, mereka dapat membuat pengecualian. Namun, dalam kasus konversi baru-baru ini, hal itu diberlakukan. Banyak pekerja migran menggunakan cara-cara yang cerdik misalnya, melecehkan majikan atau dengan sengaja menyabotase pekerjaan.