Foto-foto diambil dari dok CNA dan Indosuara.
Komunitas Indonesia yang terdiri dari para pekerja migran yang bergabung dengan Universitas Terbuka (UT) di Taiwan mengadakan pameran budaya tradisional tahunan di Taipei pada hari Minggu (14/11).
“Indonesia Tempo Doeloe II,” yang diadakan di Museum Nasional Taiwan Cabang Nanmen, menampilkan pertunjukan budaya, makanan, permainan, dan peragaan busana dan dangdut.
Beragam etnis kebudayaan dari seluruh Indonesia ditampilkan pada acara tersebut melalui pertunjukan dan pakaian, makanan, pakaian, dan produk dari berbagai daerah di negara kepulauan yang luas seperti Bali, Surabaya, Boyolali, Madura dan Solo.
Bagus Anggi Satriyo Mandiri, 29, seorang pekerja pabrik Taoyuan yang juga presiden Himmas UT, penyelenggara utama acara tersebut, mengatakan kepada CNA dan Indosuara bahwa tujuan utama mereka adalah untuk memungkinkan orang Indonesia di Taiwan untuk terus menghargai budayanya.
Himmas adalah organisasi mahasiswa di Universitas Terbuka Taiwan, cabang Universitas Terbuka di Taiwan.
“Kita harus tetap mempromosikan budaya kita selama berada di Taiwan,” kata Bagus.
Penting bagi masyarakat Indonesia untuk tidak melupakan budaya mereka ketika berada di negara lain, tambah Bagus.
Ada total 245.365 pekerja migran Indonesia di Taiwan hingga akhir September, menurut statistik Kementerian Tenaga Kerja.
Baik sebagai buruh pabrik maupun mahasiswa manajemen, Bagus mengatakan pendidikan sangat penting untuk pengembangan diri.
“Pendidikan itu penting karena memberikan kita pikiran analitis dan membantu kita mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” kata Bagus, yang berharap bisa lulus dengan gelar sarjana tahun depan.
Fajar Nuradi, direktur Departemen Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Sosial Budaya KDEI, juga berada di lokasi untuk mendukung promosi budaya negaranya.
“Kita harus ingat bahwa kita orang Indonesia, kita harus bangga dengan Indonesia dimanapun kita berada,” kata Fajar.
Salah satu yang menarik dari acara tersebut adalah penampilan Barong, makhluk mitos seperti singa dari Bali, yang dilanjutkan dengan peragaan busana yang menampilkan 29 orang model pakaian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.
Huang Sing-da (黄星达), Kepala Departemen Pendidikan Museum Nasional Taiwan, mengatakan museum merasa terhormat untuk menyediakan tempat untuk acara tersebut karena kolaborasi budaya.
“Museum adalah tempat tanpa batas, semuanya dapat ditemukan di sini, dan apa pun bisa terjadi di sini. Di mana pun Anda berada, dari mana Anda berasal, museum terbuka untuk semua orang.”
Festioval tahun ini merupakan edisi kedua Indonesia Tempo Doeloe, yang pertama digelar pada September tahun lalu di tempat yang sama.