Foto: Restaurant Chen Lili, oleh Fadhly Fauzi Rachman/detikFinance sumber detik.com
Tampil sederhana, berjilbab, dengan logat khas Jawa Timur. Seperti itulah tampilan Lili Inayati atau biasa dipanggil Chen Lili, warga negara Indonesia yang kini tinggal di Kaohsiung, Taiwan.
Raut mukanya sangat ceria ketika tempatnya didatangi oleh orang Indonesia. Chen Lili cukup terkenal di kalangan TKI di kawasan Kaohsiung.
Lili adalah mantan TKI yang kini membuka usaha sendiri. Saat ini dia sudah sukses membuka usaha kuliner halal asli Indonesia dengan omzet ratusan juta setiap bulan di Kaohsiung, Taiwan.
Tahun 2000 lalu, Lili datang ke Taiwan untuk bekerja sebagai seorang TKI karena kondisi yang bisa dibilang terpaksa. Sebelumnya Lili memiliki sebuah usaha toko di tempat asalnya, di Kampung Inggris Pare, Kediri Jawa Timur. Namun saat krisis moneter melanda, orang-orang yang banyak berutang di warungnya tak bisa membayar, hingga akhirnya Lili bangkrut.
Tahun 2000 Lili bekerja menjaga orang tua, jaga orang sakit. Lili mengaku, bahwa dirinya memilih Taiwan sebagai tempat tujuan bekerja karena dirasa paling aman untuk para TKI dibanding negara-negara lain. Lama bekerja di Taiwan, Lili bertemu dengan jodohnya yang merupakan pria asli Taiwan. Mereka kemudian menikah pada 2006.
Walau menikahi pria asli Taiwan, bukan berarti semua usaha yang dijalankan Lili sekarang karena bantuan sang suami, atau bahkan diberi modal suami. Dia memulai semua usahanya sendiri dari titik nol, dengan dukungan sang suami yang mualaf.
Setelah menikah, Lili kemudian pindah bekerja di rumah sakit. Namun bekerja di rumah sakit tak membuat Lili nyaman karena jam kerja yang membuatnya lelah. Selepas itu, Lili kemudian memilih untuk fokus menjalankan hobi memasaknya dan menjual sejumlah masakan di warung-warung asal Indonesia.
Dari sana lah kemudian Lili mulai berpikir untuk membuka usaha kuliner yang serius dengan membuka warung. Namun, kata Lili, membuka usaha kuliner di Taiwan lebih sulit dibandingkan membuka usaha di Indonesia.
Ada sejumlah kesulitan yang dialami Lili saat berencana membuka warung. Mulai dari masalah modal, mencari tempat yang strategis, hingga masalah percaya diri. Lili takut bila masakannya kurang diminati oleh orang-orang.
Namun karena didukung sang suami, Lili akhirnya mencoba peruntungan itu. Dia membuka usahanya pertama kali pada 2010. Saat itu modal yang dibutuhkan sekitar 300.000 NTD atau sekitar Rp 138 juta. Dengan modal yang dimiliki dan meminjam uang kepada kerabat, Lili lalu membuka warung pertamanya.
Sayangnya, usaha Lili untuk membuka warung makan khas Indonesia hanya bertahan dua tahun karena tempatnya yang kurang strategis. Dia pun melanjutkan bisnisnya secara online.
Kemudian pada 2016, Lili kembali membuka warung di tempat yang lebih strategis dekat stasiun Kaohsiung. Di sana, ternyata warung milik Lili cukup diminati. Bahkan dalam waktu dua bulan, dia mengaku sudah bisa balik modal. Karenanya, Lili pun kemudian membuka warung kedua dengan lokasi yang lebih strategis.
Setelah buka di tempat baru, banyak mahasiswa, dosen-dosen dari Indonesia menyarankan Lili buka restauran yang bagus. Akhirnya cari tempat dan membuka usaha yang sama di tempat baru.
Dari usahanya itu, Lili kini telah bisa membeli rumah di Taiwan seharga 5,5 juta NTD, atau sekitar Rp 2,6 miliar secara tunai. Sementara omzetnya saat ini rata-rata mencapai 300.000 NTD atau sekitar Rp 140 juta per bulan dengan memperkerjakan 18 karyawan. (Ol)