Memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia bagi warga Negara Indonesia di mana pun berada bisa dilakukan dengan cara apapun. WNI dari berbagai kalangan entah itu mahasiswa, TKI, atau WNI yang telah menjadi warga Negara Taiwan saat ini bersatu mengadakan parade budaya untuk memperkenalkan rasa cinta tanah air yang telah mendarah daging membuat mereka ingin mempertahankan dan memperkenalkan ragam budaya Indonesia di Taiwan.
Minggu, 7 Agustus 2016, BEM UT Taiwan berkerja sama dengan Museum National Taiwan, dan Perpustakaan Brilliant Time menggelar acara Parade Budaya Indonesia.
Meski hari kemerdekaan Indonesia masih beberapa hari lagi, hal ini tidak mengurangi makna peringatan hari kemerdekaan itu sendiri.
Parade yang dimulai tepat pukul 09.30 waktu setempat cukup menyedot perhatian penduduk lokal dan orang-orang yang sedang melihat puluhan anggota parade berjalan dari Taipei Main Station menuju gedung museum National Taiwan dengan memakai pakaian berbagai daerah dan penampilan Reog Ponorogo sambil berjalan.
Singo Barong Tampil Memukau
Sampai di Museum National Taipei, Seluruh warga Negara Indonesia diperkenankan terlebih dahulu menyanyikan lagu Indonesia Raya di dalam museum, dilanjutkan dengan sambutan kepala Museum National Taipei disusul dengan potong tumpeng dan tiup lilin sebagai hari peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke 71 tahun.
Tiba saat yang dinanti oleh seluruh yang hadir, yaitu penampilan Reog Ponorogo yang nemanakan diri Singo Barong Taiwan. Grup reog asal Ponorogo yang berdiri tahun 2014 ini memang sangat memukau siapa pun yang melihatnya, terutama warga Negara selain Indonesia. Bagaimana seorang penari bisa menari sambil mengangkat topeng berbentuk kepala macan ini seberat kurang lebih 50 kg ini. Bahkan setiap akhir penampilan selalu ditambah oleh berat badan seorang penari jatilan wanita.
Diawali penampilan Tari Jatilan oleh 5 orang penari dengan kostum putih dan kuda-kudaan, lalu dilanjut dengan penampilan tari Bujang Ganong oleh 3 orang penari, baru kemudian penampilan Singo Barong. Aula museum yang tidak begitu luas mengharuskan penonton menyaksikan dari lantai dua museum, sedangkan aula hanya untuk para penari dan kru Singo Barong agar dapat tampil maksimal.
Usai penampilan Singo Barong di dalam gedung museum, di luar gedung pun dimulai acara panggung hiburan dan berbagai lomba. Panggung Hiburan yang diisi oleh penampilan berbagai macam tari dari berbagai daerah yang ditampilkan oleh para mahasiswa Universitas Terbuka Taiwan dan umum ini tidak kalah menarik penonton. Bahkan gerimis yang mengguyur pun tidak menyurutkan orang-orang untuk tetap menyaksikan penampilan para peserta di panggung. Dimulai dari pembacaan puisi, menari, dan menyanyi, lalu dilanjut berbagai perlombalaan khas ‘agustusan’ yang diikuti oleh warga lokal juga.
Sementara acara hiburan di luar gedung berlangsung, perlombaan peragaan busana Indonesia tetap berlangsung di dalam gedung museum pun tetap berjalan. Peragaan busana Indonesia yang menampilkan berbagai busana daerah ini dimenangkan oleh sepasang suami istri yang suaminya adalah warga asli Taiwan.
Peragaan busana daerah ini menurut salah satu peserta tidak hanya untuk memenangkan lomba, tetapi lebih pada keinginan memperkenalkan macam ragam kebudayaaan Indonesia baik pakaian maupun budayanya.
Di akhir acara yang dipandu oleh Jussto Lasoo, Yusnie, dan Ryan Ferdian ini kembali menampilkan Tari Jatilan, Tari Bujang Ganong, dan Reog. Sempitnya ruang di luar gedung membuat kendala penampilan reog. Tidak adanya izin tampil di halaman museum membuat reog hanya tampil singkat yaitu menaikkan seorang penari jatilan ke kepala singo sambil tetap menari beberapa menit.
Semangat memperkenalkan budaya Indonesia dan semangat memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia adalah cermin semangat bangsa Indonesia. Semangat juang pemuda harapan bangsa. Dirgahayu Republik Indonesia ke 71 Tahun. (rf)