Foto ilustrasi diambil dari Taiwan News.
Masyarakat Taiwan hampir mengonsumsi tepung setiap hari karena banyak makanan yang terbuat dari tepung. Parahnya, kebanyakan orang Taiwan tidak tahu bahwa tepung di Taiwan biasanya dicampur dengan dua zat pengolahan tepung yang merugikan kesehatan untuk memutihkannya dan mempersingkat proses pematangan. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan sekarang mempertimbangkan untuk melarang kedua zat aditif ini, yaitu Benzoil peroxide (BPO) dan azodicarbonamide (ADA), yang merupakan zat aditif makanan legal sebelumnya di Taiwan selama 20 tahun.
BPO digunakan untuk memutihkan tepung, sementara ADA ditambahkan untuk memperpendek proses pemasakan tepung dari tiga atau empat minggu menjadi tiga atau empat hari, sehingga mengurangi biaya listrik. ADA juga digunakan dalam pembuatan alas kaki karet dan yoga.
Kedua zat aditif ini yang dapat menyebabkan asma, membahayakan organ hati, dan bahkan menyebabkan kanker. Zat tersebut telah dilarang penggunaannya oleh Uni Eropa, China, Selandia Baru dan Australia sejak lama.
Ahli Toksikologi dari Rumah Sakit Chang Gung Memorial, Yen Tsung-hai (顏宗海) mengatakan bahwa setelah BPO dikonsumsi oleh tubuh manusia, zat ini akan diubah menjadi asam benzoat, yang mungkin tidak mudah dimetabolisme oleh orang-orang yang livernya tidak berfungsi dengan baik, sehingga menambah beban. Percobaan tersebut juga pernah diujicobakan pada percobaan hewanyang menunjukkan bahwa BPO akan meningkatkan kemungkinan kanker pada tikus betina.
Seperti yang diberitakan Taiwan News, vitamin C telah digunakan untuk menggantikan BPO oleh beberapa tepung buatan Taiwan, yang lebih baik untuk kesehatan, namun akan meningkatkan biaya sebesar 10% sampai 20%.
Oleh karena itu, jika pelarangan menjadi kenyataan, biaya roti, mie dan produk berbasis tepung lainnya akan naik. Meski begitu, tepung sehat disambut baik oleh sebagian besar konsumen yang sadar kesehatan.