Foto-foto diambil dari CNA.
Puluhan pekerja migran asal Vietnam dan aktivis buruh melakukan protes di depan Badan Kepolisian Nasional atau National Police Agency (NPA) di Taipei pada hari Senin karena telah melakukan penembakan pada seorang pekerja Vietnam pada tanggal 31 Agustus lalu.
Para pendemo meneriakkan slogan-slogan dan memasang spanduk yang bertuliskan “kekerasan polisi” dan meminta rekaman CCTV atau gambar penembakan.
Pekerja Vietnam yang meninggal, Nguyen Quoc Phi, ditembak hingga tewas oleh seorang polisi di Kabupaten Hsinchu, Taiwan utara pada 31 Agustus setelah Nguyen menyerang pihak berwenang yang mencoba menghentikannya dari tindakan sabotase dan pencurian sebuah kendaraan.
Menurut NPA, Biro Kepolisian Kabupaten Hsinchu menerima laporan pada tanggal 31 Agustus tentang kasus dugaan pencurian dan perusakan, dan mengirim seorang polisi, yang bermarga Chen ke tempat kejadian bersama dengan petugas pertahanan sipil , bermarga Lee.
Dua petugas tersebut menemukan Nguyen, seorang pekerja migran kaburan berusia 27 tahun sedang mencuri sebuah kendaraan. Petugas mencoba menghentikannya, tetapi Nguyen menyerang pihak berwenang, menghantam hidung petugas hingga wajah Lee memar dan merusak peralatan polisi.
Polisi menggunakan semprotan wajah dalam upaya menaklukkan Nguyen. Namun pekerja migran tersebut berlari ke selokan irigasi sawah untuk mencuci matanya. Setelah itu, dia mengambil batu dan melemparkannya ke dua petugas yang berusaha menangkapnya.
Pekerja migran tersebut kemudian mencoba memasuki mobil patroli polisisehingga membuat Chen kemudian melepaskan sembilan tembakan untuk mengatasi situasi tersebut.
Pekerja Vietnam dilarikan ke rumah sakit, namun kemudian dinyatakan meninggal.
Pada demonstrasi hari Senin kemarin, Chen Hsiu-lien (陳秀蓮), seorang peneliti di Asosiasi Pekerja Internasional Taiwan, mempertanyakan apakah perlu bagi polisi untuk menembakkan sembilan tembakan, enam di antaranya mengenai Nguyen.
Dia meminta rekaman CCTV untuk membuktikan bahwa pekerja Vietnam tersebut membuat ancaman besar sehingga dia harus ditembak agar bisa dihentikan.
“Jika skenario yang sama persis dengan seorang warga Taiwan atau orang kulit putih, apakah polisi menangani situasi ini dengan cara yang sama?” Tanya Yibee Huang (黃 怡碧), Chief Executive Officer dari Covenants Watch.
“Kadang-kadang saya berjalan di jalanan dan polisi Taiwan tiba-tiba meminta untuk memeriksa ARC saya. Saya merasa takut. Saya berharap pemerintah Taiwan akan memperlakukan pekerja migran secara adil dengan hormat.” kata Nguyen kepada CNA.
Dia juga mendesak pihak berwenang untuk menyelidiki kasus tersebut dan memberi keluarga kompensasi yang wajar kepada almarhum.
Nguyen Duy Thong seorang pekerja migran Vietnam berusia 25 tahun yang juga menghadiri demonstrasi tersebut, mengatakan bahwa banyak temannya adalah pekerja kaburan karena mereka tidak mampu membayar biaya agensi tinggi sekitar US $ 6.500-US $ 7.000. Jam kerja yang panjang dan upah rendah juga menjadi alasan mengapa mereka melarikan diri dari pekerjaan mereka, katanya.
“Buruh migran datang ke Taiwan untuk melakukan pekerjaan yang orang-orang Taiwan tidak ingin lakukan. Misalnya, pekerjaan berat yang mengekspos mereka pada zat-zat beracun,” kata seorang pekerja migran Vietnam berusia 39 tahun yang menolak member namanya.
Dia mengatakan bahwa polisi Hsinchu telah menyerahkan kasus tersebut ke jaksa dan akan bekerja sama dengan penyelidikan tersebut. Polisi juga akan membantu keluarga almarhum dan kantor Ekonomi dan Budaya Vietnam di Taipei dalam menangani kejadian tersebut.
Nguyen Duy Thong mengatakan bahwa masalah dengan TKA kaburan berasal dari biaya tinggi yang dipungut oleh pemerintah Vietnam agar biaya dipotong dari para buruh migran.
“Mengapa migran melarikan diri dan menjadi ilegal? Itu karena biaya agensi sangat tinggi . TKA merasa harus menjadi ilegal sehingga mereka dapat menyimpan lebih banyak pendapatan mereka,” katanya.
Saat dihubungi melalui telepon, NPA menolak berkomentar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kasus tersebut, dengan mengatakan bahwa kasus tersebut saat ini sedang diselidiki.