Foto-foto diambil dari Apple Daily.
Seberapa kuatkah konsumsi para pekerja migran? Begitulah tulis suatu pertanyaan di sebuah media lokal yang meliput beberapa restoran yang sering dikunjungi pekerja migrant saat libur, termasuk restoran Indonesia yang buka pada akhir pekan.
Para pekerja migran di Taiwan umumnya mendapat pendapatan bulanan gaji antara NT$ 20,000 hingga NT$ 30.000 per bulan. Namun mereka memiliki kecenderungan konsumsi yang kuat pada saat akhir pekan di waktu liburnya.
Kosumen yang terdiri dari para pekerja migrant tersebut berani menghabiskan 500 ~ 1000 NTD sekali makan. Salah satunya seperti Toko Indonesia ini yang bergantung pada bisnis akhir pekan, dimana pendapatan tersebut dapat mendukung 1 minggu ke depan, hanya dengan pendapatan 2 hari. Bahkan pemilik toko Indonesia tersebut dapat menyewa gedung di distrik bisnis populer Taiwan. Pastinya harganya sangat spektakuler.
Media lokal menuliskan, jika orang Taiwan datang mengunjungi tempat tersebut, mereka akan menemukan konsumsi yang cukup tinggi. Restoran tempat pekerja migran makan ini tergolong sederhana, tidak ada dekorasi dan desain yang memukau, tetapi harga yang ditawarkan cukup tinggi. Misalnya, di salah satu restoran Indonesia yang menawarkan makanan ayam goreng dengan sambal, dibandrol seharga NT$ 130. Dan di restoran Vietnam, semangkuk mie daging sapi seharga NT$ 120 dan harga sebotol minuman soda NT$ 40.
Salah satu pebisnis restoran Indonesia mengatakan bahwa para pekerja migrant sangat loyal dalam membeli makanan maupun barang-barang keperluan lain setiap minggu saat libur. Salah satu ketua masyarakat di Taoyuan mengatakan bahwa pekerja migran hanya datang ke tempat tersebut seminggu sekali, dan menghabiskan uang sangat royal. Ditambah karena kelompok konsumen yang relatif kecil, jadi harga rata-rata makanan mungkin sedikit lebih mahal dari restoran Taiwan.
Salah satu pemilik restoran Indonesia mengatakan, “Pekerja migran menghabiskan uang lebih banyak dari orang Taiwan. Mereka sangat berani untuk membeli makanan dan minuman yang rata-rata menghabiskan NT$ 500 – NT$ 1000 dan itu sangat normal.”
Ada fenomena khusus di toko ini, meskipun hanya berbisnis selama dua hari pada akhir pekan, pemilik dapat menopang biaya sewa NT$ 30.000 hingga NT$ 40.000 per bulan. Bisnis restoran Indonesia setiap harinya mungkin hanya menghasilkan pendapatan sekitar ribuan NTD, tetapi saat akhir pekan, omset satu hari bisa mencapai hampir 1 juta NTD, jika minggu kedua pada saat big day, dimana pekerja pabrik mendapat gaji dan mereka bisa membelanjakan banyak uang.
Media lokal juga menuliskan bahwa bagi pekerja migrant lainnya seperti dari pekerja asal Vietnam. Kebiasaan makan mereka tidak seperti orang Taiwan. Sebagian besar pekerja migran Asia Tenggara tersebut harus makan dan minum bir, sehingga sangat meningkatkan keuntungan bisnis.
Dikarenakan banyaknya pekerja migran yang datang di daerah-daerah dimana toko Indonesia tersebut berada, maka penyewa tempat pun menaikkan harga sewa tempat toko Indonesia. Misalkan, salah satu pebisnis restoran Indonesia di Taichung yang mengatakan bahwa setiap tahun uang sewa selalu naik.
Diharapkan bisnis seperti ini membawa perubahan ke depannya seperti bisnis yang saat ini dikenal oleh masyarakat Taiwan seperti Ximending di Taipei, atau Yizhong Street Taichung.