Foto diambil dari HMISC.
Kebijakan aturan Taiwan mengenai pekerja migran yang sakit TBC harus dideportasi bahkan di blacklist tidak boleh datang kembali bekerja di Taiwan mendapat tentangan dari kalangan aktivis. Banyaknya kasus yang ditangani oleh Hsinchu Migrant and Immigrant Service Center (HMISC) dimana banyak pekerja migran yang dipulangkan secara sepihak oleh agensi dikarenakan mengidap TBC.
Pada hari ini Kamis 5 November 2020 di depan MOL (Ministry of Labor) berlangsung press conference “Support and in Solidarity” yang diselenggarakan oleh HMISC, HWC dan TIWA untuk menuntut dihapuskannya kebijakan tersebut. Salah satu LSM buruh MENT meneriakan tuntutan bahwa pemerintah Taiwan harus mengubah kebijakan tersebut dikarenakan pekerja migran datang ke Taiwan dalam keadaan sehat yang dibuktikan dengan hasil medical. Maka jika pekerja migran sakit TBC di Taiwan harus diobati hingga sembuh dan tidak boleh dipulangkan sepihak.
Fajar, salah satu aktivis dari HMISC mengatakan bahwa selama ini bagi pekerja migran yang sakit TBC harus mengeluarkan biaya sendiri untuk pengobatan, belum lagi adanya aturan izin kerja yang akan dicabut jika kita terkena TBC. “Bukankah kita sebelum datang ke Taiwan dalam keadaan sehat dan lolos medical?” Ujarnya.
Fajar juga menuturkan bahwa jangan sampai kejadian seperti kisah Aniah yang diseret ke Depnaker oleh agensi dalam keadaan masih mengenakan baju pasien dikarenakan ia sakit TBC. Ditambah lagi kasus lain yaitu Wartini yang ditelantarkan di tengah jalan oleh agensi karena diduga mengidap penyakit TBC. “Semoga kisah-kisah seperti itu tidak aka nada lagi di Taiwan,” ujar Fajar.