Foto diambil dari CNA.
Penghargaan Sastra Taiwan tahun ini untuk para Migran pada hari Minggu kemarin diberikan kepada pemenang dari Indonesia, Vietnam, dan Filipina. Karya sastra para pemenang telah memperkaya sastra Taiwan dan mempromosikan pemahaman budaya, ujar wakil direktur Museum Literatur Nasional Taiwan, Hsiao Shu-chen (蕭淑貞).
Sekarang telah memasuki tahun kelima, dimana kompetisi tersebut telah menerima sebanyak 553 karya sastra dalam bahasa Tagalog, Indonesia, Vietnam atau Thailand oleh imigran atau pekerja migran yang tinggal di Taiwan, Hong Kong, Macau, Singapura dan Malaysia.
Loso Abdi, dari Indonesia, memenangkan hadiah juara 1 dan Teen Choice Award untuk karyanya Tentang Cinta yang menggambarkan cinta seorang TKI yang diberikan pada anak Taiwan yang berkebutuhan khusus.
Justo purna TKI asal Solo yang pernah bekerja di Taiwan selama 4 tahun ini memang dikenal gemar menulis dan pernah memenangkan Sastra Migrant beberapa tahun lalu. Dalam kunjungannya ke Taiwan untuk menerima hadiah, ia sempat berkunjung ke kantor Indosuara untuk membagikan tips bagaiamana menjadi TKI sukses setelah pulang Indonesia nanti, kuncinya adalah pengalaman yang didapat saat masih aktif bekerja di Taiwan.
“Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada Taiwan atas penyelenggaraan kompetisi,” kata Loso Abdi, yang bekerja di Taiwan dari tahun 2011 hingga 2015.
Melinda Babaran, seorang karyawan Filipina di pabrik semikonduktor Taiwan, menjadi juara 2 dengan karya Louie Jean Decena, juga dari Filipina dan bekerja di Taiwan.
Babaran mengungkapkan cintanya untuk ayahnya, yang dia rindukan ketika dia tidak memiliki seorang pun untuk diajak bicara. Decena menggambarkan kerinduan para pekerja migran untuk keluarga mereka di rumah.
Kisah Luka Itu Masih Ada dalam tubuhku oleh Pratiwi Wulansari dan Yuli Riswati, menceritakan kisah orang-orang penampungan, karya tersebut dipilih menjadi juara 2 juga.
Kedua penulis dari Indonesia, keduanya bekerja di Hong Kong, menangani masalah migran di wilayah mereka menduduki juara ketiga.
Juara ketiga juga adalah seorang pekerja migran Filipina yang namanya tidak dirilis, karena dia menjalani hukuman penjara di Taiwan. Dalam rekaman video yang diperlihatkan, dia mengatakan bahwa karyanya membahas kesulitan yang dia hadapi dalam membela ketidakbersalahannya di pengadilan, termasuk dicegah dari menyewa pengacara dari Filipina.
Dia diberikan pengacara Taiwan, tetapi dia tidak tahu apakah dia menafsirkan kata-katanya dengan benar ketika dia berbicara kepada pihak berwenang dalam bahasa Mandarin, katanya.
Penghargaan ini, yang dimulai pada tahun 2014 oleh toko buku Asia Tenggara, Brilliant Time, disponsori oleh Kementerian Kebudayaan dan Pegatron Electronics Co, dan para sponsor lainnya.